Literasi

Napak Tilas [3]: Membuat Liburan Itu Berkualitas serta Produktif

Jumat, 15 Januari 2021, 13:24 WIB
Dibaca 784
Napak Tilas [3]: Membuat Liburan Itu Berkualitas serta Produktif
Mentari pagi mulai menampakan wajahnya di balik-balik pepohonan yang rimbun disana.

Saya mengamati bahwa orang yang paling sukses melangkah maju ketika orang lain membuang-buang waktu.

Di pangkal pagi di Pondok Biru Batu Ruyud. Mentari pagi mulai menampakan wajahnya di balik-balik pepohonan yang rimbun di sana.  Cahayanya malu-malu menyibak rerumputan hijau di tanah Fe’Milau, Ba’ Binuang, bumi tempat saya di lahirkan.

Liburan tidak hanya sekadar pulang kampung atau melepas stres saja! Dalam tulisan saya sebelumnya, demikian saya menulis. Akan tetapi bagaimana membuat liburan itu berkualitas serta produktif. Memang, deretan hasil foto dan video selalu menjadi jejak kenangan yang berkesan bagi kita. Misalnya, ketika saya mengirim foto di sosial media yang saya punya. Itu menandakan ada hal yang saya lakukan, kerjakan, dan itu sesuatu yang baik.

Tapi kadang kita menjumpai foto-foto liburan di media sosial kita ada saja orang yang menghakimi bahwa foto-foto itu hanya ajang pamer belaka. Padahal kalau kita berpikir positif, manfaat dari media sosial sendiri sebagai ruang interaksi dengan cara kita berbagi, menciptakan, serta bertukar informasi dan gagasan bermanfaat dalam sebuah jaringan atau komunikasi virtual. Dalam komunikasi ini pun saya, acapkali menulis keterangan tentang kegiatan tersebut dengan jelas.

Bagi saya saat ini, saya tidak perlu pergi mencari destinasi yang jauh untuk bepergian untuk menciptakan liburan yang berkesan. Memulainya  dari tempat asal.

Selain itu, menghabiskan waktu liburan bersama figur-figur inspirator membuat saya mafhum arti hidup yang berkualitas itu. Bagaimana membawa diri serta membentuk diri dari banyak hal yang akan memoles diri setiap hari. Untuk menjadi pribadi yang berhasil. Tak hanya penampilan di luar saja tapi dari dalam diri kita. Lalu bagaimana caranya?

Pertama, mengasah diri dan membangun kompetensi diri. Melalui pendidikan satu cara untuk mengasah diri hal ini yang selalu dikatakan Kakek Dr. Yansen TP, M.Si , “ Asalah diri sejak muda melalui pendidikan untuk bekal kompetensimu di masa depan.” Bagi saya, kata ini tersirat banyak makna yang dapat kita kepal dengang kuat, sebagai pegangan kita meraih impian-impian.

Kedua, pergunakan waktu dengan baik. Rasanya semua orang memiliki waktu yang sama dalam sehari, yang membedakan hanya kualitas memanfaatkan waktu tesebut dengan produktif. Selama di Pondok Biru Batu Ruyud, saya mengamati figur-figur diatas. Bagaimana mereka menggunakan waktu liburan itu untuk menuangkan gagasan dalam tulisan. Kata Pak Pepih Nugraha, “Jika seorang jurnalis dituntut menulis dalam tekanan, kalau di sini di Batu Ruyud, kita menulis dalam ketenangan, suasana yang akrab dan dapat menghasilkan beberapa judul tulisan dengan bebas.” cetusnya di sela-sela menulis. Ya, waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, disertai fokus yang jelas. Saat di Pondok Biru Batu Ruyud, masing-masing fokus menyelesaikan naskah yang hendah di rampungkan menjadi buku, seperti kakek Kakek Dr. Yansen TP, M.Si, ia fokus merampungkan naskah buku yang lama ia tulis dengan judul, “ Budaya Membangun Bangsa” setelah beberapa bulan yang lalu menerbitkan sebuah buku dengan judul, yaitu “ KALTARA RUMAH KITA” terbitan  Buhana Ilmu Populer (2020). Yang bisa kita peroleh di toko buku Gramedia.

Ketiga, berkarya, yang berarti berorentasi pada tindakan. Sekalipun dalam keterbatasan. Saya melihat para penulis ini, sekalipun tidak ada internet, tetap produktif menulis. Waww! Saya misalnya, walapun tak membawa laptop ke Batu Ruyud, tetap antusias menggunakan perangkat yang saya miliki yaitu handphone untuk menulis naskah-naskah ini. Jadi, tak ada alasan tidak bisa menulis di mana pun dan kapan pun.

Jika saya bisa melakukanya, Anda pun bisa melakukannya. Untuk menjadi cakap dan terampil, kita perlu sediakan waktu untuk melakukannya. Biasakan diri untuk proaktif, di mana pun kita berada.

Seperti yang diamati Hanry Ford, “ Saya mengamati bahwa orang yang paling sukses melangkah maju ketika orang lain membuang-buang waktu.” Jika ingin berhasil mencapai sesuatu, tidak ada acara instan kecuali mie instan. Itu pun tidak instan, ada prosesnya.

Keempat, berkolaborasi dengan orang lain itu penting. Itu artinya berkerjasama dengan siapa saja, dan komunikatif dalam menyampaikan gagasa kepada orang lain. Selama di Pondok Biru Batu Ruyud, saya melihat suasana keakraban yang dibangun oleh figur-figur ini mereka adalah orang-orang cerdas. Pokoknya keren dan hebat.

Suasana saat ini di Pondok Biru Batu Ruyud, Fe’Milau sangat-sangat nyaman untuk tidur, tapi hal itu tidak ku lakukan. Karena harus menyelesaikan tulisan, “Setidaknya satu judul saja!.” kataku di dalam hati. Mungkin…mungkin…mungkin… mungkin nanti dilanjutkan, mungkin besok, mungkin cari topik lain, kata-kata seperti ini menjajah pikiran saya untuk tidak melanjutkan tulisan yang saya coba tuangkan. Tetapi, kalau melihat sekitar saya tentu membuat saya kembali menuangkan kata-kata lewat tulisan lagi. Bagimana tidak, di sekeliling saya ada mentor-mentor saya yang luar biasa sedang fokus menjahit ide-ide mereka. Serius. Sekalipun lelah berjalan kaki kemarin. Di meja biru panjang itu banyak gagasan cemerlang lahir. WOWW!

Pada akhirnya, terbukti ketika saya serius dan fokus dapat juga menjahit dan menyelesaikan tulisan ini. Tadinya, hanya beberapa kata saja. Eehhh, karena nyamanya tempat ini untuk menulis membuat semangat muda saya selalu bergelora dengan semangat yang diam-diam ditularkan para mentor-mentor.  Akhirnya, saya menutup tulisan ini dengan seruan semangat dari Derayeh Padan Liu Burung, “Buuuiiiii….Buuuiiii…Buuuiiii!!!....”

Ba'Binuang, 17 Desember 2020

Salam Semangat Muda, Lio Bijumes

***