Membina Generasi Muda Yang Menulis
“Aku menebar kasih Kristus Lewat Menulis.”
Tanggal 15-16 Maret yang lalu, saya hadir membekali temen-temen " Writing Class " PPA 803 Andreas, GSJA Bukit Horeb Salatiga. Minggu siang pukul 13.00 Wib kami diantar menggunakan mobil dari GSJA Bukit Horeb menuju lokasi. Butuh waktu kurang lebih 51-55 menit sampai di tempat Camp hutan pinus Cuntel, Sundel, Kopeng, Kec. Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sudah lama para mentor di PPA 803 Andreas merencanakan liburan produktif ini. Namun terkendala oleh pandemi. Selama pandemi saya membina kelas menulis melalui melalui virtual saja. Akhirnya, tahun ini bisa terselenggara juga liburan sembari mengasah kecakapan menulis.
Ditambah dengan nuansa alam yang sangat mendukung. Kegiatan pertama yang diadakan di luar ruangan ini, membuat peserta kelas menulis antusias. Kegiatan Camping berlangsung di Pinus Cuntel. Baru pertamakali kegiatan camping ini di daerah ini.
Berikut ini beberapa jepretan aktivitas bersama teman-teman kelas menulis.
Writing camp kelas menulis PPA Horeb, Salatiga. Menulis sembari menikmati eksotisme hutan pinus Cuntel. Kerinduan untuk camp bareng akhirnya terwujud, kegiatan dikemas dalam bentuk writing cam oleh mentor di PPA 803 Andreas. Didukung suasana alam yang dingin, nyaman, pohon hijau, dan suasana santai mewarnai kebersamaan teman-teman saat menulis.
Foto bersama usai pelatihan menulis.
Selain diskusi karya yang ditulis, teman-teman juga membacakan karyanya masing-masing, didukung dengan latar belakang indah Gunung Telomoyo, Gunung Andong, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing. Penuh syukur kegiatan dapat berlangsung lancar dan produktif. Terima kasih untuk mentor-mentor di PPA Horeb yang telah menginisiasi kegiatan ini. Semangat menebar Kasih Kristus lewat menulis.
Kutipan keren dari penulis, Dr. Andar Ismail, Th.M " Menulis bukanlah sekedar merangkai kata, melainkan menuangkan hikmat yang mencerahkan dan menumbuhkan pembaca..." Kutipan ini saya sampaikan kepada temen-temen di Writing Camp.
Ya, bagaimanapun tulisan yang ditulis seorang penulis tidak hanya mampu merangkai kata-- lebih dari itu. Pembaca juga manusia, coba ingat kembali. Apakah Anda pernah membaca sebuah tulisan yang membosankan? Lalu, tiba-tiba Anda terpikir betapa kejam si penulis menyiksa Anda dengan tulisannya.
Sebagai penulis, kita harus mampu menerangkan ide-ide dengan benar, tidak perlu menumpuk ide dalam satu kalimat. Paling banyak dua ide dan dua predikat dalam satu kalimat, itu lebih baik. Pada umumnya, pembaca tidak akan jadi bosan dan lelah.
Bukankah idealnya sebuah kalimat hanya mengungkapkan satu ide? Dengan pemikiran akan membuka jalan ide.
Ambil ilustrasi lainnya, belajar membaca dan berbicara bisa terjadi secara alami. Tetapi belajar berenang dan menulis merupakan hal yang berbeda, sebab keduanya harus dipelajari secara terus-menerus.
Anda bisa berenang bebas jika ada air yang dapat merendamkan seluruh tubuh. Bahkan biasanya, ada yang mengajari. Demikian juga dengan melatih kecakapan menulis, agar mampu mengejawantahkan pemikiran dan ide-ide cecara bebas, jernih, dan cerdas.
Makin sering berlatih kecakapan menulis, makin sering terampil kita menulis, dan makin enak tulisan kita jikalau dibaca oleh pembaca. Sebagi catatan, renungi dahulu sebagaimana awal kita belajar berdiri. Semakin sering berlatih berdiri, semakin kokoh lutut kita melangkah, akhirnya kita pun bisa melangkah, bergerak, dan berlari-lari.
Pada akhirnya, menulis itu harus terus-menerus kita asah. Sampai kita terampil menulis. Tidak hanya mampu merangkai kata, lebih dari itu adalah menyentuh hati pembaca. Ayoo… Bersama menebar kasih Kristus lewat menulis.
***