Book Signing "Mengkhianati" dan Pohon YTPrayeh yang Telah Berbuah 1.000 Artikel
Saya sudah menyiapkan buku "Mengkhianati Keputusan Sendiri", memoar politik Yansen Tipa Padan, mana tahu saat ada kesempatan saya ingin memperoleh tanda tangan langsung penulisnya.
Penulis buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK) ini adalah pegiat literasi nasional yang saat ini menjabat Wakil Gubernur Kalimantan Utara. Tentu saja saya membaca ulang bukunya setelah beredar di toko buku.
Mengapa membaca ulang? Sebab Pak Yansen -demikian kami biasa memanggilnya- mendapuk saya sebagai salah satu editor buku tersebut bersama dua pegiat literasi lainnya, Dodi Mawardi dan Masri Sareb Putra. Saya ingin tahu apakah masih ada "bugs" (istilah digital) atau "errata" saat buku itu berada di tangan editor khusus PBK. Ternyata "nihil erratum", tidak ada salah. Perfect!
Saya teringat pepatah "nullus est perfectus", tak ada seorang yang sempurna dalam hidupnya, meski demikian karya apapun yang dihasilkan manusia harus sempura, minimal diupayakan sempurna sebagaimana filosofis Pak Yansen "Normal Kualitas Sempurna" (NKS).
Bagi Yansen, sebagaimana tersua dalam buku terbarunya tersebut, hidup normal dan berkualitas saja tidak cukup, harus menjadi sempurna. Tidak akan sesempurna sempurna (karena itu hanya milik Sang Pencipta) memang, tetapi setidak-tidaknya "berusuha menuju sempurna".
Maka ketika buku itu saya baca untuk yang kedua kalinya, saya yakin ia sudah mendekati sempurna. Untuk itulah saya persiapkan buku untuk saya mintakan tanda-tangan langsung dari penulisnya.
Maka kesempatan saat bertemu di Bandara Soekarno Hatta, Senin 7 Februari 2022 itu tidak saya sia-siakan. Saat kami ngopi di sebuah gerai roti yang menyediakan kopi roasting asli, saya sodorkan buku "Mengkhianati Keputusan Sendiri". Pak Yansen pun menerakan tanda tangannya di halaman awal bukunya, sementara Bu Ping, istrinya, telah beranjak ke ruang tunggu.
Usai "book signing" yang tak terduga, kami kemudian berbincang sejenak tentang YTPrayeh.com yang saat saya buka CMS-nya sudah mencapai 998 artikel.
"Tinggal dua artikel lagi jadi seribu," kata saya. "ini tonggak, Pak!"
"Bagaimana bisa mencapai seribu?" tanya Pak Yansen.
Saya kemudian menunjukkan CMS di mana masih ada tiga tulisan yang mengendap, dua diantaranya tulisan tentang lomba resensi atas buku "Mengkhianati" yang belum saya tayangkan.
Setelah saya baca sekilas dua artikel itu (karena tugas saya sebagai Admin YTPrayeh.com), maka jumlah artikel pun menjadi 1.000.
Fantastico!
"Pencapaian luar biasa," teriak saya, "Bapak bisa menjadikan 1.000 artikel itu 20 buku kalau setiap buku berisi 50 artikel. Kasarnya demikian. Itulah esensi Bapak punya web literasi."
"Benar, itu kekayaan intelektual YTPrayeh, Pak," Masri menimpali.
Saya teringat kemudian peristiwa setahun lalu saat peluncuran web literasi di Hotel Pullman Jakarta, bahwa kehadiran web ini dimaksudkan untuk menggerakkan literasi Borneo, sesuai namanya "Rayeh" yang berarti "Raya" dalam bahasa Dayak Lundayeh. Setidaknya kegiatan literasi itu mencakup "Borneo Raya", tidak semata-mata Kalimantan Utara, wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
Pohon YTPrayeh yang setahun lalu ia tanam kini sudah berbuah 1.000 artikel dan bermacam-macam cabang serta ranting kegiatan literasi yang semuanya akan menjadi tonggak kebangkitan literasi Kalimantan.
Jadi "book signing" buku "Mengkhianati" itu lebih sebagai "reminder" atau pengingat bahwa di depan terbentang berbagai kegiatan literasi yang harus ditempuh. Perlahan tapi pasti akan terwujud, apalagi pohon YTPrayeh yang ditanam telah menghasilkan 1.000 buah artikel.
Tinggal memetik, mengolah dan menjadikan buah itu sebagai buku berharga, salah satu penanda bangkitnya literasi Kalimantan.
Bandara Soekarno-Hatta,
7 Februari 2022.