Hobi

Penulis, Gagasan, Dan Buku Catatan Briliannya

Senin, 28 Juni 2021, 17:20 WIB
Dibaca 908
Penulis, Gagasan, Dan Buku Catatan Briliannya
Foto: Bersama penulis-penulis

“Saya sudah survey kecil dan sejarah keturunan para penulis hebat, tak satupun yang diturunkan, melainkan dijadikan atau menjadikan diri sebagai penulis.”—Masri Sareb Putra, Penulis Profesional

Foto diatas merupakan hasil dokumentasi peribadi saya saat berguru kepada para penulis profesional. Moment itu terjadi di Pondok Biru, Batu Ruyud Fe' Milau, Ba' Binuang, Kalimantan Utara. Tempat nun juah di perbatasan sana,  bersama Dr. Yansen TP.M.Si, Pak Masri Sareb, Pak Dodi Mawardi, dan Pak Pepih Nugraha. Untuk lebih jelas siapa mereka?  Anda bisa mengetik nama mereka pada mesin pencari Google!

Nah, kesempatan ini saya ingin berbagi  resep di dapurnya penulis.

Membiasakan diri agar menjadi. Begitu kata yang pas yang menggambarkan perjalanan kepenulisanku, salah satunya adalah menyiapkan catatan untuk tulisan. Anda pasti tahu buku catatan (notebook) kita menyebutnya. Buku catatan salah satu teman perjalananku dalam mengumpulkan ide-ide, aku menyebutnya berburu ide-ide brilian. Aku tipe manusia yang gampang lupa, untuk mengatasi itu aku gunakan buku catatan sebagai pengingat, ya walaupun di handphone menyediakan aplikasi seperti catatan Keep atau alat rekam, yang dapat kita gunakan untuk menuliskan ide-ide. Entah kenapa, walaupun aplikasi seperti itu ada, bagiku hal yang berbeda kalau aku menggunakannya. Mungkin, karena aku sudah terbiasa menulis tangan di buku catatan. Kadang juga aku bergantian memanfaatkan media yang ada itu.

Aku rasa, semua penulis memiliki buku catatan—dengan cara kreatifnya sendiri. Buku catatanku kebanyakan tak bergaris, alias polosan.

Demikian juga denganku. Pagi ini, aku buka kembali catatan, sejenak pikirkan kembali manfaat buku catatan bagi perjalanan kepenulisanku. Setidaknya ada lima hal ini manfaatnya, bisa jadi untuk Anda juga!

Pertama, Aku sangat senang menangkap kesan pertama dari seseorang. Dulu sebelum pandemi, aku mengikuti banyak seminar-seminar pengembangan diri. Nah, biasanya pemateri akan menyelipkan satu atau dua kalimat yang bagi saya sangat berkesan. Saat itulah saya tangkap, dan menuliskannya pada buku catatan.

Sekarang aktivitas kita sebatas dunia maya atau daring, seperti webinar, diskusi, dan peroses belajar. Dalam banyak kesampatan, di saat mendengar, merasakan, atau menemukan ada kalimat yang berkesan. Aku akan mencatat kesan-kesan itu. Hal ini mudah, Anda pasti bisa gunakan ini juga.

Kedua, dalam pengalaman aku membaca buku-buku. Dari cover pasti akan menarik diri kita untuk membaca isi buku tersebut. Apalagi penulisnya, membubuhkan kalimat motivasi pada cover. Tentu akan membuat saya tertarik memiliki buku tersebut. Aku akan mengutip kata-kata yang menurutku menarik, dan tidak lupa menyebutkan sumber atau pemiliki kata-kata tersebut.

Ketika kita baca buku motivasi, aka nada banyak kalimat yang menyentuk perasaan, hati dan nilai diri kita, nah kata-kata seperti itu bisa kita tulis di buku catatan. Mungkin besok kita gak butuh kalimat tersebut, tapi suatu waktu bisa dicek kembali bilamana perlu.

Ketiga, Mencatat sumber informasi langsung dari empunya. Sebagai contoh, ketika membaca tulisan penulis profesional seperti Masri Sareb Putra, sering saya membaca kutipan, “Dayak Menulis Dari Dalam.” Kata ini terinternalisasi dalam pikiranku, ketika bertemu dengan sosoknya langsung aku mafhum apa makna, serta maksud dari filosofi tersebut.

Pada kesempatan itulah aku akan mencatat “Mencuri diam-diam” kata-kata tersebut, bahwa benar apa yang dituliskan dan dikatakannya. Saya segera catat di buku catatan.

Keempat, jadilah pengepul kata-kata hebat. Sampai sekarang, sebagai penulis serabutan, aku tak lepas membuka kamus, dengan membuka kamus aku jadi mengerti kata-kata baru atau padanan lainya.

Ada penulis pemula yang kesulitan menuangkan kata-kata melalui tulisan, mengatasi itu sebenarnya gampang tinggal buka kamus dan catat sebanyak-banyaknya kata baru, supaya perbendaharaan kata kita lebih baik.

Kelima, membuka buku catatan itu sangat diperlukan. Melalui catatan harian itu, kita dapat mengetahui sejauhmana langkah kita dalam menulis. Kita akan menjadi kaya ide-ide untuk dituliskan. Seperti yang aku tulis awal tulisan ini, membiasakan diri agar menjadi.

Begitulah caraku, mempunyai kebiasaan membuat catatan untuk perbekalan suatu tulisan. Sama halnya dengan tulisan yang Anda baca sekarang, awalnya hanya coret-coretan di satu lembar buku catatan.

Tepatnya minggu lalu, aku mencatatat judul dan poin-poinnya. Akhirnya, hari ini catatan itu aku coba racik menjadi satu keutuhan. Seperti yang aku katakana awal tadi, bahwa daya ingatku terbatas; karena itu, diperlukan media pengingat salah satunya buku catatan untuk abadikan gagasan dan buah pikiran. Nah, andai kata, aku tak pernah mencatatat ide ini apalah jadinya? Ya...

Semoga bermanfaat. Salam sehat.

Salam semangat muda!

 

Yogyakarta, 28 Juni 2021

***