Hobi

Jawara yang Dibenci

Senin, 13 Juni 2022, 19:14 WIB
Dibaca 493
Jawara yang Dibenci
#WETHECHAMP19NS

“Kalau AC Milan yang juara, itu menunjukkan betapa hancurnya Serie A, bahwa tim grusak-grusuk menjadi juara,” tegas Coach Justin Laksana di akun youtube JEBREEET Media TV. 

Penentuan gelar juara Liga Italia harus ditentukan sampai di laga terakhir, AC Milan punya peluang lebih besar meraih juara daripada rival se-kota Inter Milan. I Rossoneri (julukan AC Milan) berdiri kokoh di puncak klasemen alias capolista hingga di pertandingan ke 37, hanya butuh hasil seri ketika bertandang ke Sassuolo. Sempat menjadi momok yang mengerikan di beberapa musim terakhir bagi Milan, Sassuolo justru kalah 3-0 di hadapan 18.000 pendukung yang Milan yang memadati tuan rumah di Stadium Mapei yang memiliki kapasitas 20.084 kursi. Hal ini menimbulkan indikasi bahwa Sassuolo sengaja melepas laga ini sehingga membiarkan Milan memastikan juara. Masuk akal, Sassuolo sendiri tidak sedang dalam kondisi tertekan untuk lepas dari zona degradasi ataupun mendapatkan tiket ke kejuaraan eropa. Nothing to lose for Sassuolo, just play the game.

Itu juga yang membuat raihan juara ini tidak disukai oleh pembenci-pembenci Milan dan juga para komentator yang memuja-muja permainan indah. Inter Milan jelas lebih diunggulkan menjadi kampiun dari awal musim berjalan dengan kedalaman skuad yang lebih mumpuni, Il Diavolo Rosso (julukan lain AC Milan) yang merekrut 11 pemain namun masih diragukan untuk bisa bersaing. Pesaing utama Inter hanyalah Juventus, dengan kembali Allegri sebagai pelatih baru Bianconerri (julukan Juventus) membawa asa baru bagi tim dari Kota Turin ini. Diluar ekspektasi para pandit, Napoli dan Milan lah yang merepotkan Inter Milan di puncak klasemen, ketiganya terus-terusan bergantian sebagai Numero Uno.

Hingga paruh musim pertama pun dimenangkan oleh Inter Milan, diikuti Milan menduduki posisi kedua. Ada sebuah cocoklogi yang sudah menjadi legenda di Serie A bahwa di akhir kompetisi tim yang menjadi juara adalah yang berada di peringkat 2, dan sudah terbukti selama bertahun-tahun liga ini berjalan. Dan akhirnya legenda itupun menjadi kenyataan, dibantu dengan drama blunder fatal dari kiper cadangan Inter Milan, Ionut Radu. Debut pertama sang kiper di Serie A bersama Nerazzurri (julukan Inter Milan) berakhir memalukan ketika dimainkan di laga tunda melawan Bologna di Stadion Renato Dell’Ara. Ionut Radu yang gagal menyapu bola lemparan dalam Perisic yang berhasil disambar Nicola Sansone, membuat inter menelan kekalahan di laga krusial.

Presiden Milan Paolo Scaroni sedari awal musim tidak mengubah targetnya dari musim sebelumnya, hanya perlu masuk di 4 besar liga untuk bisa bermain di Liga Champions Eropa. Menilik dari musim sebelumnya yang berada di peringkat 2, tetap tidak mengubah pendirian petinggi untuk merendahkan ekspektasi penggemar. Sebagai Direktur Teknik, Paolo Maldini berperan penting di bursa transfer sebelum liga digelar. Kehilangan Gigio Donnarumma dan Hakan Calhanoglu tidak menjadikan maldini kehilangan fokus. Mike Maignan yang berhasil membawa Lille juara Liga Prancis menjadi rekrutan andalan, selain Oliver Giroud, Fikayo tomori dan Sandro Tonali.

Di Liga Champions, Milan memang terpuruk di dasar klasemen Grup B. Berada satu grup dengan Liverpool, Atletico Madrid, dan Porto, Milan hanyalah tim debutan setelah 7 tahun mereka terakhir kali ikut serta. Disinilah muncul julukan tim grusak grusuk bagi kalangan netizen indonesia. Pencetusnya adalah pandit terkenal Coach Justin Laksana, beberapa kali mereview pertandingan yang milan mainkan, muncullah penilaian bahwa milan hanya memainkan sepak bola dengan otot, bukan dengan otak. Yang 'gak banget' baginya, namun tidak semua bisa setuju dengannya.

Saya sendiri tidak mempermasalahkan statement tersebut, karena memang seperti itulah Milan yang sekarang. Jika Milan bermain dengan sistem yang rapi dan bermain cerdas seperti yang ia bayangkan, tentunya Milan tidak akan terseok-seok di Serie A ataupun di Liga Champions. Bukankah permainan ngotot yang ditunjukkan Milan itu lebih ke arah determinasi yang tinggi untuk meraih kemanangan, berhadapan dengan tim kelas juara di masing-masing liga bukan hal mudah bagi Milan yang sedang melewati fase terburuknya dalam satu dekade terakhir.

Status AC Milan sebagai CAMPIONI D'ITALIA 2022 saja menimbulkan banyak perdebatan, terlebih dari para haters, fans maupun yang lebih expert seperti pandit-pandit.