Pentingnya Pendidikan Berkarakter Pancasila di Sekolah
Sebagai orang Indonesia, kita sudah seharusnya bangga akan kemajemukan di negeri ini. Karena itulah Pancasila dirumuskan sebagai dasar Negara Indonesia. Dasar yang dimaksud adalah dasar filsafat Negara atau asas kerohanian Negara. Pancasila dijadikan dasar falsafah Negara Indonesia. Pancasila digali dari nilai-nilai pandangan dan budaya hidup masyarakat Indonesia.
Pandangan hidup masyarakat yang bersumber dari agama serta kebudayaan itu kemudian dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa. Jadi sudah kewajiban bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk memahami, menerima, mengamalkan dan mengamankan Pancasila dengan menjadikannya sebagai pendukung kerohanian bangsa. Pada bulan Juni 2009 pernah diselenggarakan seminar nasional Pendidikan Pancasila sebagai pendidikan kebangsaan di Bandung. Seminar menghasilkan Deklarasi dan Kesepakatan Bandung yang intinya adalah menjadikan Pendidikan Pancasila sebagai pendidikan kebangsaan pada pendidikan formal, nonformal, dan informal di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Untuk itulah semangat Pancasila harus disebarluaskan melalui pendidikan berkarakter Pancasila di lingkungan sekolah.
Secara sederhana, pendidikan karakter adalah sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
Pendidikan karakter ibarat mengisi kekuatan dalam tubuh manusia. Supaya manusia tersebut bisa berguna bagi dirinya,keluarganya juga masyarakat yang ada di sekitarnya. Pendidikan berkarakter atau berkepribadian luhur diumpamakan seperti seorang pembuat roti yang ingin membuat rotinya terasa enak dan lezat. Awalnya roti bukanlah apa-apa jika tanpa melalui proses panjang. Roti itu bisa terasa enak karena si pembuat roti memberikan beberapa campuran di dalamnya antara lain mencampurkan tepung, pengembang kue, gula, mentega, air.
Roti tersebut dibentuk, diadon melalui proses yang lumayan lama. Maka baru bisa terbentuk roti dan akhirnya bisa dinikmati oleh lidah manusia. Manusia juga diibaratkan roti, dimana untuk menjadi manusia yang berkarakter kita perlu dibina, dibentuk, diolah melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Karakter yang cocok untuk siswa-siswi di sekolah biasanya disesuaikan dengan ajaran agama yang ada di sekolah tersebut. Selain itu ditambah karakter pendidikan Pancasila. Kalau hanya karakter agama saja yang dibentuk untuk siswa-siswi, mereka akan tampak terlalu fanatik terhadap orang lain. Hal itu bisa memunculkan fanatisme suku, ras, dan agama yang sangat berlebihan akibat dari pendidikan agama yang terlalu ekstrim. Jadi pendidikan berkarakter Pancasila harus berkolaborasi dengan pendidikan agama supaya watak serta kepribadian seluruh masyarakat Indonesia bisa seimbang dan tidak timpang.
Harus kita sadari bahwa hakikat manusia itu adalah beraneka ragam, perbedaan itu bersifat mutlak dan tidak bisa dihindari oleh seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Harusnya dengan keragaman seperti itulah kita harus bersyukur karena telah dikaruniai keunikan tersendiri dari negara lain. Untuk itulah betapa pentingnya pendidikan karakter Pancasia di dalam dunia pendidikan supaya generasi muda Indonesia mampu menerima segala perbedaan dan keberagaman yang ada. Pendidkan berkarakter Pancasila harus diwariskan kepada seluruh generasi muda melalui pendidikan di sekolah supaya generasi muda mampu menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama.
Menerapkan pendidikan karakter Pancasila sebenarnya tidak jauh berbeda dengan menerapkan ajaran agama-agama yang telah dianut oleh seluruh umat manusia. Agama telah banyak mengubah prilaku para pengikutnya sehingga melahirkan insan yang berbudi luhur. Biasanya nilai-nilai kepribadian dalam ajaran agama bersumber dari kitab suci. Selain itu karakter para tokoh-tokoh agama yang sudah dianggap suci sering juga digunakan sebagai simbol utama dalam pendidikan karakter tersebut. Untuk itulah dibutuhkan negarawan, para pendidik, tokoh-tokoh agama yang bisa dijadikan teladan yang patut dicontoh dan ditiru. Pendidikan kepribadian yang ada sekarang ini kebanyakan didominasi oleh agama, maka tidak heran sumber yang dicontohkan selalu disebut-sebut namanya supaya bisa diikuti oleh para pengikutnya. Misalnya: Yesus Kristus, Nabi Muhammad SAW, Budha Siddirhata Gautama dsb. Inilah yang terlihat dalam pendidikan agama.
Akhir-akhir ini, sangat marak sekali radikalisme ,permusuhan satu-sama lain, peristiwa seperti ini sudah barang tentu merupakan refleksi buat bangsa dan negara ini. Sebenarnya adakah yang salah dalam pendidikan karakter di dalamnya? Yang jelas pasti ada, masyarakat kurang berkolaborasi dengan kelompok-kelompok lainnya sehingga muncul karakter fanatisme seakan mengubah wajah negeri ini menjadi tampak sadis dan fanatik, selain itu masyarakat belum menjadi dirinya sendiri sehingga melupakan budayanya sendiri.
Padahal telah disepakati kalau Pancasila adalah dasar negara, Bhinneka Tunggal Ika merupakan falsafah kehidupan bangsa. Dengan modal dasar negara Pancasila, para pendiri bangsa Ir.Soekarno-Hatta mencoba membentuk sebuah negara. Proklamator Indonesia Ir.Soekarno-Hatta awalnya ingin bercita-cita mentransformasikan karakter Pancasila ke dalam jiwa dan raga seluruh bangsa Indonesia, tapi dalam perjalanan waktu memang tidak bisa dijalankan diakibatkan berbagai hambatan-hambatan dan penghianatan. Penghianatan-penghianatan terhadap kepribadian Pancasila inilah yang sebenarnya telah menjadi sumber malapetaka buat bangsa dan negara ini. Di mana segala sesuatu tidak diletakan pada tempatnya.
Pendidikan berkarakter Pancasila merupakan strategi pembangunan karakter bangsa melalui dunia pendidikan. Pendidikan karakter Pancasila bisa ditransformasikan ke dalam jiwa dan raga rakyat Indonesia sejak usia dini dimulai dari PAUD,TK,SD,SMP,SMA. Ada banyak program pendidikan berkarakter Pancasila yang bisa dibuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menanamkan karakter Pancasila dan kebinekaan. Program Bhinneka Tunggal Ika bisa meliputi pengenalan kebudayaan dengan ujian praktik bidang seni dan budaya, ujian praktik seni dan olahraga serta ujian praktik seni bahasa dan sastra Indonesia, ujian-ujian praktik itu bisa berasal dari budaya Indonesia bukan ilmu dari luar Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan boleh fokus pada program teori-teori dalam ujian sekolah dan ujian nasional tapi harus juga mengutamakan praktik langsung pendidikan karakter Pancasila sebagai pendidikan yang paling pokok dan menjadi syarat di dalam setiap tahap tingkatan pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bisa membuat komunitas-komunitas Pelajar Bhinneka Tunggal Ika yang menguasai bidang seni dan budaya, bidang seni dan olahraga serta bidang seni dan sastra Indonesia. Jika Pemerintah tidak mengutamakan pendidikan ujian praktik maka para pelajar Indonesia cenderung mengejar nilai yang berupa angka-angka saja sehingga memunculkan karakter baru yang mengarah pada egois,merasa hebat kalau mampu mencapai angka tertinggi ,budaya nyontek. Dunia pendidikan dan kebudayaan diharapkan berperan penting untuk membentuk karakter yang membuat mereka ingin selalu melakukan kegiatan yang positif bukan berpikir mencontek. Dunia pendidikan dinilai netral dalam mendidik dan membentuk kepribadian bangsa melalui pendidikan praktik.
Para pelajar harus bisa menjadi duta Bhinneka Tunggal Ika di mana saja mereka berada. Pembangunan karakter bangsa melalui komunitas Bhinneka Tunggal Ika di sekolah diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang berketuhanan sekaligus mampu menghormati agama lain, berkemanusiaan,berjiwa persatuan, berjiwa luhur,gotong-royong,musyawarah.
Pancasila akhirnya menjadikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia sehingga mampu menjadi jati diri bangsa. Kita membutuhkan agen-agen pendidikan berkarakter Pancasila supaya bisa mengubah pola pikir kita yang masih tersekat-sekat, supaya kita bangga dan percaya diri terhadap karakter kita sendiri sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi toleransi. Kita bisa menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mampu membawa perdamaian ke seluruh dunia sesuai dengan cita-cita Pembukaan UUD 1945. Mari kita menjadi agen-agen pembawa perdamaian di seluruh dunia dengan menabuh genderang Bhinneka Tunggal Ika. Kita pasti bisa.