AQ: Kecerdasan Menghadapi Hambatan
Pada 2000, saya menjadi managing editor buku ini. Editornya: Yovita Hardiwati . Jadi ingat, begitu terbit, saya diminta berbagi kepada kawan Penerbit. Baik di marketing, gudang, dan redaksi. Bersama Prof. Fawzia Aswin Hadis diundang ke Palembang dan ke pabrik sebuah otomotif di Pulogadung untuk sekadar share. Solo saya pernah share di Pusdiklat sebuah kementrian, ihwal kecerdasan mengatasi hambatan.
Tiga tipe manusia, menurut stoltz, dalam buku itu.
1) quitters: orang yang gampang menyerah, ada hambatan, keok!
2) campers: orang yg mudah berpuas-diri, belum apa-apa sudah merasa paling top, dan ia membuat kemah, membentengi diri, takut kehilangan yang didapat, padahal masih ada di kaki gunung. ia memang sudah good, tapi karena terlalu "menggenggam, yang dipunya" tidak melihat better, apalagi best.
3) climbers, orang yang tak pernah puas dan ingin mencapai peak. Ia bisa melihat peluang kapan pun, di mana pun. makin terjepit, makin orang ini kreatif.
Generasi milenial pada umumnya masih belum seperti generasi tahun 1960-1980. Ketika, pada masa itu, manusia kelahiran "zaman susah" sembako ini luar biasa perjuangannya.
Untuk bertahan hidup, mereka terbiasa menderita. Jadinya tidak cengeng, tahan banting, fighting spirit luar biasa, punya sikap pantang menyerah dan --seperti dikemukakan McClleland- punya apa yang disebut the need for achievement - kebutuhan untuk beprestasi semakin semakin.
Swaukur AQ secara mandiri, dapat ditemukan dalam Lembaran di halaman 121-131buku ini.