Filosofi

Menyalakan Semangat Kepemimpinan Generasi Muda Nusantara

Senin, 10 April 2023, 16:16 WIB
Dibaca 797
Menyalakan Semangat Kepemimpinan Generasi Muda Nusantara
Pelatihan kepemimpinan

“Jangan tanyakan apa yang akan Negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa  yang akan kamu berikan pada Bangsamu."

Negara Indonesia dibangun melalui peradaban yang sangat panjang dari zaman kerajaan hingga zaman modern. Dalam UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6 jelas bahwa otonomi daerah telah memberikan warna dalam perkembangan kepemimpinan di Indonesia. Terlebih lagi, melalui sistem birokrasi pemerintah Indonesia telah memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kondisi keterpurukan bangsa Indonesia dalam krisis multidimensi yang berkepanjangan. 


Namun, birokrasi yang telah dibangun pemerintah sebelum era reformasi telah membangun budaya birokrasi yang kental dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) hingga saat ini masalah ini masih terus terjadi. Kegagalan-kegagalan yang terjadi saat ini bukan hanya tanggung jawab para golongan pemimpin yang identik dengan golongan tua dimana, para pemuda kurang diberikan kesempatan untuk memimpin.


Memimpin berarti sedang berbicara mengenai pemimpin yang baik, bisa dilihat dari seseorang yang dapat mengemban amanah perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Sanagat jelas, pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan kewajiban negara untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. sejahtera berarti segenap rakyat Indonesia terpenuhi kebutuhan dasar dan terus ditingkatkan. 


Pemenuhan  kebutuhan dasar merujuk kepada kecukupan pangan, sandang, dan pakaian. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, negara berkewajiban memenuhi kebutuhan rakyat terhadap pelayanan pendidikan yang baik, pelayanan kesehatan yang memadai, dan pengembangan budaya nasional yang menunjukan jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Hak Asasi Manusia (HAM) telah memberikan hak kepada setiap individu untuk bebas berpikir dan mengemukakan pendapat namun, justru yang terjadi adalah hegemoni terhadap para intelektual muda. 

Intelektual muda seolah-olah hanya dijadikan sebagai alat pemuas kaum tua yang ingin mempertahankan hegemoninya tersebut. Sekarang jika para pemuda Indonesia kurang dapat berperan dalam pembangunan atau perhatian terhadap isu-isu Negara. Tentunya, hal itu tidak demikian adanya namun akibat belenggu hak-hak pemuda dalam mengembangkan dirinya yang selalu dihegemoni oleh golongan tua.


Apabila melihat perjuangan Bangsa Indonesia atau sering juga disebut Nusantara, bahwa bangsa kita telah mengalami kejayaan di abad ke-7 dan abad ke-14, justru yang membawa nusantara berjaya adalah sosok pemimpin dari seorang pemuda yang mempunyai kemauan keras untuk memajukan nusantara. Hal ini, berkat perjuangan dan kemauan keras tersebut akhirnya nusantara berada dalam puncak kejayaan.

Misalnya, batas usia untuk menjadi seorang pemimpin begitu banyak menemui kendala bagi para pemuda, seolah-oleh menganggap anak muda sekarang belum mempunyai kemampuan untuk memimpin, dengan dalih masih labil secara mental dan masih banyak emosional dalam mengambil keputusan. 


Menurut saya, persoalan kepemimpinan amat terkait dengan budaya sejarah Indonesia dan perjuangan-perjuangan pemuda Indonesia. Setidaknya, pemuda diberi ruang sekaligus tempat untuk mengembangkan dirinya, dapat dilihat jejak perjalanan bukti kontribusi pemuda dalam setiap zamannya.


Pertama, sejarah kemerdekaan Indonesia telah membuktikannya, perjuangan pemuda mendesak Soekarno- Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan adalah berkat perjuangan kaum muda pada saat itu. Entah apa yang akan terjadi saat sekarang apabila para pemuda tidak melakukan desakan terhadap golongan tua mungkin saat ini masih dalam penjajahan. Batas usia akan membuktikan kematangan seseorang, tidaklah demikian dengan budaya sejarah Indonesia, justru dengan adanya doa dan dukungan orang tua serta golongan tua. Makna kepemimpinan pemuda sekarang tidaklah mustahil akan memberikan kontribusi yang dapat membawa ke zaman keemasan dengan bercermin pada sejarah masa lalu. 


Usia yang memberikan batasan kepada kaum muda dalam budaya Indonesia sebetulnya berpengaruh tanpa disadari. Sebagai bukti, remaja Indonesia telah banyak memberikan kontribusi dalam beberapa tahun terakhir seperti juara lomba bidang ilmu pengetahuan yang telah meraih emas dan masih banyak lagi sebagai bukti bahwa sebetulnya para pemuda dan masih banyak kemampuan lain yang belum terungkap.


Kemudian kedua adalah pemuda sebagai ujung tombak bangsa Indonesia ternyata secara tidak langsung telah dihegemoni tentang hak-haknya oleh golongan tua yang merasa telah mapan dan lebih berpengalaman. Dalih itulah yang selalu didengung-dengungkan oleh kaum menghegemoni hak-hak pemuda Indonesia. HAM telah memberikan hak kepada seseorang untuk bebas berpikir namun, justru yang terjadi adalah hegemoni terhadap para intelektual muda. Intelektual muda seolah- olah hanya dijadikan sebagai alat pemuas kaum tua yang ingin mempertahankan hegemoninya tersebut. Salahkah, sekarang jika para pemuda Indonesia kurang dapat berkembang. Tentunya, hal itu tidak demikian adanya namun akibat belenggu hak-hak pemuda dalam mengembangkan dirinya yang selalu dihegemoni oleh golongan tua.


Selanjutnya bagian ketiga, pemuda yang dibutuhkan Indonesia saat ini dan di masa depan adalah pemuda yang berkarakter. Karakter seorang pemuda dapat digali lebih dalam melalui kepribadiannya. Namun hal itu sangat tidak mungkin dilakukan untuk masa-masa sekarang ini. Yang dapat pemerintah Indonesia lakukan adalah melalui pendidikan. dimulai dari pendidikan usia dini menekankan pada penanaman nilai budi pekerti yang terkait dengan kemandirian, kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.


Bagian yang keempat, generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang sederhana.


Kelima, generasi muda harus punya hasrat yang besar dalam membangun kecakapan dalam diri, banyak hal yang dapat dilakukan. Bisa dimulai dari hal-hal yang tampak kecil sampai aktivitas-aktivitas yang besar. Bisa mendirikan komunitas-komunitas independen sesuai dengan hobi, membangun gerakan solidaritas yang toleran terhadap kemajemukan, peduli lingkungan sekitar, mencoba membangun loka pasar online sehingga mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam bentuk kreativitas, konsisten, dan kerja cerdas dalam memajukan Bisnis di Indonesia, atau bisa melalui pendidikan yang lebih tinggi.

Jika dilihat dalam kontek kekinian, bangsa Indonesia sekarang sedang memerlukan pemuda yang tangguh dalam berjuang membawa kepada kejayaan– Membawa Nusantara menuju Indonesia Emas 2045. Sudah saatnya pemuda memperjuangkan hak- haknya agar dapat berkembang, selain itu juga golongan tua haruslah memberikan arahan kepada pemuda serta, mendapat dorongan dari keluarga.


Pada akhirnya, sebagai generasi muda kekinian, apapun posisi kita sekarang kita dapat memulai melakukan tindakan-tindakan secara positif dalam ruang-ruang publik alternatif di lingkungan kita. Selain itu, menyalakan dan membangkitkan karakter dalam jiwa kepemimpinan muda merujuk kepada implementasi tingkah laku yang didasarkan nilai-nilai sikap terhadap kebaikan. Karena itu, kualitas kepemimpinan generasi muda merupakan bagian dari kualitas generasi muda hari ini, dan yang akan datang. Semangat selalu generasi muda Indonesia. Semangat menginspirasi. Milikilah karakter Pancasila!

***