Beras Adan Krayan

Tadi malam melalui Grab, saya mendapat kiriman 2 kilogram beras yang jauh-jauh didatangkan dari Nunukan. Bukan sembarang beras atau meminjam judul lagu "Bukan Cinta Biasa", inipun "Bukan Beras Biasa". Namanya beras adan dari Krayan.
Pengirim beras itu adalah Gat Khaleb, anggota parlemen di Nunukan, salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, yang memiliki sawah luas khusus untuk ditanami beras adan ini. Krayan adalah salah satu wilayah luas di Nunukan itu yang terkenal ke seantero dunia sebagai penghasil beras adan.
Apa istimewanya beras adan? Tentu saja rasanya yang berbeda dari beras biasa. Beras adan adalah mutiara putih yang sangat berharga dari Krayan, sampai-sampai Sultan Brunei Hasanah Bolkiah memiliki lumbung khusus untuk menyimpan beras adan sebagai makanan sehari-hari Sultan.
Keunikan lainnya, beras ini hanya tumbuh dan dapat ditanam di Krayan. Banyak pedagang negeri jiran Malaysia berburu beras adan sampai ke pelosok Krayan.
Ketika Gat bertanya apakah saya mau dikirim beras adan yang ia bawa dari Nunukan ke Jakarta, spontan saya menjawab, "Mau, buat lebaran!"
Lebaran adalah hari istimewa dengan penanda baju baru dan makanan berlimpah. Pokoknya di luar dari biasanya. Demikian juga dengan beras adan yang murni organik dengan masa tanam hanya satu kali dalam setahun itu, saya menempatkannya sebagai khusus alias luar biasa.
Lebaran nanti insya Allah menjadi istimewa, karena selain mendapat beras adan, dua hari sebelumnya saya mendapat tas laptop istimewa dan sepatu eksklusif buat Lebaran dari Pak Yansen TP. Seperti jodoh, rezeki takkan lari kemana hahaha...

(Arip Senjaya dan Gat Khaleb, dua peserta BWRC I di Batu Ruyud)
Perkenalan saya dengan beras adan terjadi di tahun 2020 saat saya diajak Pak Yansen Tp yang saat itu masih menjabat Bupati Malinau, salah satu kabupaten di Kalimantan Utara, mengadakan retret (memangnya cuma Prabowo saja yang bisa retret) selama lima hari di Batu Ruyud, Binuang, Krayan Tengah.
Di sana kami berliterasi dengan menulis tanpa tersambung ke dunia luar yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) di kemudian hari. Nah, selama 5 hari itu kami makan sehari-hari beras adan dengan sayuran dan hewan yang diburu dari hutan.
Pada kesempatan itulah untuk pertama kalinya saya mencicipi sop rusa hutan dan ongseng kancil, semua hasil berburu warga Krayan dari hutan. Paduan antara daging dengan rasa tidak biasa serta nasi adan yang luar biasa pulen dan semerbak mewangi itu membuat berat tubuh saya naik fantastis 3-4 kilo.
Itulah untuk pertama kalinya berat badan saya menyentuh berat tertinggi 65 kilogram! Salah satu penyebabnya adalah beras adan yang akan saya tanak nanti saat Lebaran.
***