Budaya

Ketahanan Pangan ala Suku Uud Danum

Kamis, 14 Januari 2021, 20:03 WIB
Dibaca 1.601
Ketahanan Pangan ala Suku Uud Danum
dokpri. ubug paroi

Tak ada cerita padi orang Dayak dalam lumbung dimakan tikus. Teknologi tepat guna ala Dayak Uud Danum yang efektif mencegah binatang liar yang sering memakan padi.

Padi merupakan tanaman yang menghasilkan beras. Beras menjadi bahan untuk nasi. Nah, kalau sudah dengar nasi semua tahu, makanan pokok orang Indonesia pada umumnya. Padi ditanam hampir seluruh wilayah Indonesia. Bicara soal padi, saya penasaran dengan padi yang ditanam di daerah istri, maklum kami berbeda bukan hanya daerah tapi juga suku.

Istri berasal dari suku Dayak Uud Danum, di daerah hulu Sungai Kapuas masuk Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Maka spontan terlontarlah pertanyaan kepada sang istri tercinta. “Kalau di daerah kalian, jenis padi apakah yang ditanam?” Pertanyaan itu sontak, membuatnya berkisah.

Kalau di daerah kami, padi biasa ditanam di ladang, tumbuh di dataran tinggi di tanah yang kering dan tidak banyak membutuhkan air. Masyarakat Uud Danum terkadang menyebutnya, padi gunung atau beras gunung. Beras jenis ini memiliki tekstur agak keras setelah dimasak. Nasi tidak mudah basi. Bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan nasi dari padi yang ditanam di sawah.

Dari sekian jenis padi suku Dayak Uud Danum, ada satu yang istimewa padi yang dianggap sakral sampai diberi julukan khusus. Dalam bahasa suku Dayak Uud Danum menyebutnya “paroi bo’lobat”. Padi jenis ini dijuluki sebagai “raja padi” oleh suku Dayak Uud Danum karena padi jenis “bo’lobat” memiliki ukuran biji yang lebih besar dari jenis padi lainnya dan kulitnya berwarna merah. Selain itu, padi jenis paroi bo’lobat memiliki keunikan. Bo’lobat memiliki ekor yang panjang sekitar 6-10 cm.

Dalam setiap wadah penyimpanan bibit padi Dayak Uud Danum, bibit jenis padi “paroi bo’lobat” ini harus ada karena padi jenis ini sejak turun-temurun dari nenek moyang “paroi bo’lobat” sudah dianggap sebagai “raja padi” yang akan menjadi pemimpin di antara jenis-jenis padi lainnya. Namun, padi jenis “paroi bo’lobat” ini biasanya tidak untuk dikonsumsi, karena dianggap sakral.

Dengan serius saya menyimaknya, lebih lanjut dia menjelaskan bahwa padi juga disimpan untuk persediaan bahan makanan sambil menanti masa panen berikutnya. Ternyata dalam suku Uud Danum juga memiliki tempat penyimpanan pagi atau biasa kenal dengan lumbung padi.

Dalam bahasa suku Dayak Uud Danum, lumbung padi disebut “ubug paroi” yang artinya “rumah padi”. Jenis padi yang disimpan dalam ubung paroi berbeda dengan padi yang biasa ditanam di area persawahan. Beberapa jenis lainnya adalah paroi tomahai dengan kulit padi warna putih dan beras juga berwarna putih.

Paroi lendak, merupakan jenis padi yang kulitnya berwarna kuning keemasan. Beras dari padi Dayak Uud Danum juga memiliki beberapa warna antara lain putih, merah, kuning, coklat, ungu, dan hitam. Akan tetapi, jenis beras yang paling banyak dikonsumsi adalah beras warna putih.

Dalam filosofi suku Dayak Uud Danum tanaman padi tidak hanya sebagai tumbuhan pangan atau makanan pokok. Bagi Dayak Uud Danum padi memiliki nyawa dan roh yang tetap hidup. Itulah salah satu alasan suku Dayak Uud Danum membuat rumah atau bangunan khusus untuk menyimpan padi.

Pada saat membersihkan padi atau menampi beras pun ada tata cara tersendiri jangan sampai salah karena dianggap tidak menghargai padi atau beras yang memiliki nyawa. Dalam tradisi Dayak Uud Danum, pada saat makan tidak boleh ada sebutir nasi pun yang tertinggal apalagi sampai dibuang. Maka tak heran jika padi pun memiliki rumah khusus selayaknya tempat tinggal manusia.

Bangunan ubung paroi suku Dayak Uud Danum terdiri dari dua jenis bahan kayu yaitu dari bahan kayu biasa dan kayu Ulin (Tobolion). Bangunan lumbung padi yang terbuat dari kayu biasa digunakan untuk menyimpan padi sementara saja, pada saat musim panen tiba.

Adapun yang dimaksud dengan kayu biasa adalah kolo pah’pak, pahting jo’lik, hotap, manyam, solo’kubung. Dan jenis kayu lainya yang bisa bertahan 4-6 tahun. Jenis kayu yang diambil untuk bahan bangunan lumbung padi harus berbentuk lurus dan berukuran sekitar sebesar lengan pria dewasa.

Sementara bangunan lumbung padi yang terbuat dari kayu Tobolion adalah jenis lumbung padi untuk menyimpan padi di wilayah perkampungan suku Dayak Uud Danum. Ubung paroi yang terbuat dari kayu Tobolion ini bisa bertahan sampai puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Karena kayu Tobolion yang asli tidak akan mampu digigit oleh rayap, tidak akan lapuk atau rusak sekalipun terendam dalam air puluhan tahun.

Ubung Paroi merupakan bangunan bertingkat berbentuk rumah panggung dengan ketinggian sekitar dua meter. Pada umumnya di setiap sudut ada empat tiang penyangga dan dua tiang di antara sisi sepanjang bangunan. Di setiap tiang paling atas sebelum lantai dasar lumbung terdapat papan bundar seperti payung.

Fungsinya untuk menghalau tikus yang kerap menyerbu penyimpanan padi. Dengan begitu, tak ada cerita padi orang Dayak dalam lumbung dimakan tikus. Teknologi tepat guna ala Dayak Uud Danum yang efektif mencegah binatang liar yang sering memakan padi.

Sungguh luar biasa mendengar penjelasan istri yang penuh semangat dan nampak memahami budayanya. Akhir dari ini, saya dapat katakan bahwa Ubung Paroi merupakan simbol ketahanan pangan dan kemakmuran masyarakat Dayak Uud Danum.