Setiap Imlek Ingat Gus Dur
Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab diisapa Gus Dur adalah pribadi yang fenomenal pada masanya. Ia adalah Kiyai yang memiliki pergaulan yang sangat luas dari semua kalangan, lintas etnis dan agama. Tidaklah mengherankan jika Ia dinobatkan sebagai bapak pluralisisme. Bukan hanya karena pergaulannya, tetapi juga karena tindakan dan perbuatannya.
Memilki selera humor yang tinggi, serta pernyataan atau statement yang ceplas-ceplos dan rada nyeleneh namun sangat mengena. Sebutlah, takkala menghadiri sidang paripurna DPR RI, sewaktu menjabat sebagai Presiden, Gus Dur pernah mengatakan “Taman kanak-kanak” karena sidang kala itu diwarnai intrupsi dan gaduh.
Pernyataan lain dari Gus Dur yang hingga saat ini masih melekat dan merakyat adalah ungkapan “Gitu aja kok repot”, memang terkesan menyederhanakan persoalan, namun bagi Penulis, kata-kata itu tersirat makna terkait “Birokrasi” yang pada masa itu sangat mengakar dan bikin susah.
Gus Dur menjabat sebagai Presiden ke 4 (empat) RI, memang tidaklah lama, dari tahun 1999 hingga 2001. Namun gebrakan yang dilakukan oleh Kyai NU ini sungguh luar biasa dan dirasakan hingga saat ini.
Mengembalikan tentara ke barak dan tidak berbisnis. Membubarkan Kementerian Sosial yang kala itu ditenggarai sarang koruptor. Dan yang tak kalah fenomenal dan kontroversialnya adalah mengakui dan menjadikan Kong Hu Chu sebagai agama negara yang ke-6.
Kong hu chu yang pada masa ORBA hanya diakui sebagai aliran kepercayaan saja, demikian pula dengan budaya yang berbau etnis Cina seperti Barongsai tidak diperbolehkan untuk tampil dihadapan publik. Di era kepemimpinan Gus Dur, larangan itu dicabut dan Konghucu resmi menjadi agama Negara.
Pastinya tak ada lagi istilah agama KTP, dimana dulunya (era Orba) ada banyak warga Tionghoa ber KTP agama Budha atau lainnya, namun ketika ibadah pergi ke Klenteng. Barongsai pun kini telah bebas meliuk-liuk dijalanan pada saat acara Cap Goh Meh.
Dimasa Pandemi Covid-19 saat ini, perayaan Imlek memang tidaklah semeriah tahun-tahun lalu. Hanya sedikit kembang api di malam menyambut Imlek, tak terdengar dentuman mercon. Tak banyak orang-orang berbaju merah berlalu lalang. Klentengpun tampak langgeng, hanya lampu-lampu lampion yang merah semarak bergantungan diteras rumah warga Tionghoa yang merayakan Imlek.
Namun semangat kegembiraan merayakan tahun baru Imlek tetap terpancar diwajah-wajah saudara-saudara warga Tionghoa, ucapan – ucapan selamat Imlek mewarnai media-media social maupun media mainstream. “Gong X Fa Cai, Imlek 2572 Tahun 2021”. Setiap perayaan tahun baru Imlek, pasti ingat Gus Dur. (***)