Pengalaman Unik Naik Speed Boat
Kang Pepih bangun dari tempat duduk dan menuju ke arah belakang. Dengan kepala didongakan ke atas, dia melihat ternyata …nakhoda nya “pipis” di botol …ha…ha..ha...
Senin,10 Agustus 2020 kami kembali ke Jakarta setelah menghadiri peluncuran buku Kaltara Rumah Kita pada 8 Agustus 2020 di Kafe Tubu, Malinau. Ada yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini kami naik speed boat dari Malinau menuju Tarakan dan saya baru kali ini merasakannya Sebelumnya kami naik pesawat terbang.
Jalur air Malinau – Tarakan menggunakan aliran sungai Sesayap. Sungainya lebar sekali. Sulit menemukan sungai selebar ini di pulau Jawa.
Speed boat bisa melaju amat kencang, kecepatannya di atas 80km/jam. Benturan air sungai dengan dasar speedboat juga memberikan sensasi mengasyikan. “bletuk… bletuk...” Mirip suara lantai mobil yang terkena batu di jalanan semi aspal. Ketika pertama kali mendengarnya, timbul pertanyaan “ suara apa itu…”
Di sepanjang sungai, kanan kiri dipenuhi dengan pepohoan nan rimbun. Mata dimanjakan dengan pemandangan serba hijau dan sungai yang luas diiringi deruan air dan bunyi mesin speed boat.
Namun, tiba-tiba speed boat melambat?” saya keheranan ketika di sebuah tikungan, nakhoda melambatkan speedboat seketika. Ternyata ada kayu di depan. Tampak deretan batang-batang kayu yang sudah terpotong-potong melayang di sungai. Jika nakhoda tidak hati-hati, bisa saja menabrak kayu-kayu tersebut dan berakibat fatal terhadap speed boat.
Hampir dua jam berada di atas sungai Sesayap. Sepanjang perjalanan saya ngobrol dengan mas Haryadi-ajudan pak bupati, sementara kang Dodi mendokumentasikan suasana selama perjalanan. Sang filsuf Masri Sareb Putra terkadang tertidur karena buaian angin sungai, yang memang beliau juga sebenarnya "ASTUTI = Asli Tukang Tidur "….ha…ha…ha. Kang Pepih sibuk nge-vlog untuk laporan kepada istri tercinta…ha….ha..ha
Namun tiba-tiba speed boat berhenti lagi. Kali ini saya lihat ke depan tidak ada kayu yang menghalangi. Ada ada gerangan? Apakah mesinnya rusak? Kemudian nakhoda bergegas ke belakang dan langsung naik ke atap speed boat. Kang Pepih dengan jiwa kewartawanannya yang sudah melekat dalam diri segera beraksi. Kang Pepih bangun dari tempat duduk dan menuju ke arah belakang. Dengan kepala didongakan ke atas, dia melihat ternyata…nakhoda nya “pipis” di botol …ha…ha..ha. Tambah ilmu bagaimana nakhoda pipis saat mengemudikan speed boa
Saya juga menyaksikan batu bara di pinggir sungai.. Dari jauh, batu-batu hitam itu tampak seperti gunungan-gunungan mini.
Sebentar lagi sampai di Tarakan, ujar mas Haryadi. Itu sudah kelihatan. Akhirnya kami sampai di pelabuhan Tarakan. Unik juga untuk turun dari speed boat. Setelah speed boat parkir dan posisinya sudah pas, kami menaiki perahu di sebelahnya sebagai tangga untuk naik ke daratan.
Sebuah perjalanan yang mengasyikan, unik, dan berkesan. Mau lagi???? Hayoooo....haluuuuu jadinya...ha..ha..ha