Belajar Tidak Takut Sengsara dari Mas Didi Kempot
Didik Prasetyo, atau lebih dikenal dengan nama "Didi Kempot" adalah sosok yang fenomenal dan mungkin tiada duanya, dalam kancah jagad permusikan Indonesia, khususnya musik tradisional Jawa dan campursari.
Meninggal 5 Mei 2020 yang lalu, Mas Didik Kempot, mungkin satu-satunya musisi Jawa dan campursari yang paling terkenal dan mendapatkan respon yang meluas dari berbagai macam kalangan, tidak hanya dari generasi tua di Jawa, tapi juga sampai generasi muda, dan di berbagai negara, terkenal sampai Belanda dan Suriname. Meskipun sudah meninggal, namun karya-karyanya abadi dan masih sering dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi zaman sekarang, dan musiknya mengalun di televisi maupun saluran video online, seperti youtube.
Didi Kempot adalah fenomena yang anti-mainstream. Di saat orang-orang banyak memuja budaya manca, seperti lagu-lagu barat, K-Pop, dan J-Pop, Mas Didi malah menawarkan kembali ke musik tradisional, yang dulunya dianggap "ndeso" dan tidak keren, ternyata bisa enak juga, keren, dan digandrungi oleh generasi-generasi muda Indonesia.
Tahun 2010-an menjadi penanda bangkitnya kembali sang legenda, dengan konser Didi Kempot yang senantiasa heboh dihadiri oleh kaum muda mudi milenial yang berjuluk "sad boys" dan "sad girls". Didi Kempot sendiri dijuluki sebagai "The Godfather of Brokenhearts", karena lagu-lagunya banyak bercerita tentang kisah patah hati. Namun alih-alih bersedih hati, Lord Didi, julukannya yang lain, mengajak para sobat ambyar, julukan untuk penggemarnya, untuk tidak perlu menangisi patah hati, tapi dijogeti.
Sebelumnya, di tahun 90-an, mas Didi sempat melanglang buana ke Belanda dan Suriname, membuat banyak lagu, membuat rekaman, konser, dan mendapatkan sambutan meriah dari penggemar-penggemarnya yang banyak keturunan Jawa.
Sebelumnya lagi, mas Didi adalah penyanyi jalanan. Julukan Kempot berasal dari singkatan nama grupnya, Kelompok Penyanyi Trotoar, yang kemudian menjadi julukan dan nama tenarnya. Meskipun ia adalah anak dari Ranto Edi Gudel, seorang seniman, ia benar-benar memulai hidupnya dari bawah, bersama para musisi jalanan.
Akhir hidupnya ditutup dengan kisah yang cukup mengesankan. Dalam konser dari rumah dalam rangka pengumpulan dana bagi penanggulangan pandemi covid-19, Mas Didi berhasil mengumpulkan sejumlah 7,6 Milyar rupiah. Suatu jumlah yang sangat besar untuk sebuah konser tunggal untuk amal.
Sebulan kemudian Mas Didi wafat meninggalkan berjuta kenangan di hati para penggemarnya masih di tengah suasana pandemi covid-19. Banyak nilai-nilai menarik yang bisa dipelajari dari Mas Didi Kempot ini.
1. Mas Didi sangat aktif mengarang dan menciptakan lagu. Ia juga membawakan lagunya sendiri. Tidak kurang 700 lagu sudah dibawakannya, sebagian terkenal, sebagian tidak.
2. Lagu-lagunya banyak bercerita tentang kenang-kenangan pada suatu tempat atau suatu kota. Hal ini bisa bermanfaat untuk mengenalkan atau mempopulerkan suatu tempat atau kota.
3. Mas Didi orang yang rendah hati atau low profile. Meskipun sudah jadi orang besar dan penyanyi terkenal, ia tidak segan-segan bergaul dan menyapa musisi jalanan dan bergabung dengannya, karena ia senantiasa ingat waktu zaman ia masih susah sebagai pemusik jalanan.
4. Mas Didi adalah orang yang sopan. Memperlakukan para penggemar sebagai sahabat dekat dan tidak berjarak. Selalu mengucapkan terima kasih atau matur nuwun kepada para penggemarnya.
5. Mas Didi seorang yang berpikiran positif dan mampu mengubah keadaan yang negatif atau tidak menguntungkan menjadi dimaknai kegembiraan. Patah hati yang biasa dimaknai kesedihan, buat dia dijadikan inspirasi dan energi kreativitasnya untuk menciptakan begitu banyak lagu, serta seruan kepada sobat ambyarnya untuk bergembira dan dijogeti saja.
6. Mas Didi tidak malu malah justru percaya diri. Mengibarkan lagu-lagu tradisional sebagai identitas dan kecintaannya kepada tanah air. Ia adalah contoh penerapan strategy blue ocean yang mencari dan menggali ceruk (niche), tampil apa adanya, tanpa perlu glamoritas yang berlebihan serta kehilangan identitas. Dengan blangkon, beskap, jarik, dan selop justru memperkuat identitasnya, tanpa perlu merasa ragu atau malu. Identitasnya itu pulalah yang bisa membuatnya dikenal dan populer di manca negara.
7. Mas Didi dalam salah satu wawancaranya dengan TV Suriname berpesan, supaya jangan takut untuk hidup susah atau sengsara. Karena nenek moyang atau pendahulu-pendahulu kita dulu hidupnya juga jauh lebih sengsara. Dan terbukti bahwa segala kerja keras dan penderitaan yang telah dilalui oleh Mas Didi di masa lalu memberikan hasil yang gemilang di masa selanjutnya. Segala suka dan duka, jatuh dan bangunnya, justru bisa mewarnai kehidupannya dan menjadi inspirasi yang begitu dalam, mengalun, dan menggetarkan di setiap syair lagunya. Ada kegetiran, ada terenyuh, ada dendam, tapi juga ada ketentraman dan keikhlasan di sana.
#inspirasiharian