Sosok

Faisal Basri in Memoriam - Peringatannya pada Batubara dan Sumber Energi Kalimantan

Minggu, 8 September 2024, 13:44 WIB
Dibaca 85
Faisal Basri in Memoriam - Peringatannya pada Batubara dan Sumber Energi Kalimantan
Faisal Basri dan Masri

Faisal Basri, ekonom terpandang lagi berpengaruh yang jika bicara sarat dengan data telah pergi mendahului kita untuk selamanya. Ia berpulang ke "api biru" 5 pada September 2024 .

Sebagai sahabat dekat, rasa kehilangan ini benar-benar menyentuh hati saya. Berita duka ini datang mendadak, seperti petir di tengah siang terik, mengejutkan saya hingga ke relung hati yang terdalam.

Perasaan saya campur aduk. Terutama karena saat bersamaan saya juga mengikuti kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia (3-6 September 2024).

Namun, meski perasaan saya sedang berombak, saya merasa penting untuk menyampaikan sebuah narasi tentang sahabat saya, Faisal Basri, yang selalu mengingatkan kita bahwa kondisi Indonesia jauh dari baik-baik saja.

Faisal Basri: Indonesia tak sedang baik-baik saja!

Faisal Basri, seorang ekonom yang saya hormati, selalu menyoroti kekhawatirannya mengenai kondisi ekonomi Indonesia. Ia secara konsisten menekankan bahwa situasi ekonomi kita jauh dari ideal.

Menurutnya, Indonesia tengah menghadapi krisis yang lebih mendalam daripada sekadar masalah energi atau ketidakstabilan pasar. "Indonesia tidak sedang baik-baik saja!" adalah pernyataan yang sering ia ungkapkan.

Kekhawatiran Faisal sangat beralasan, terutama ketika kita melihat bagaimana kekuasaan ekonomi di Indonesia semakin terpusat pada sekelompok kecil orang.

Dalam pandangan Faisal, struktur ekonomi Indonesia kini dikendalikan oleh oligopoli dan monopoli yang memperparah ketidakadilan sosial. Sebagian besar kekayaan negara dan sumber daya ekonomi terkonsentrasi pada tangan segelintir orang yang berkuasa, menciptakan jurang yang semakin lebar antara yang kaya dan miskin, serta menjadikan sistem ekonomi semakin tidak adil.

Faisal sering menggarisbawahi betapa berbahayanya kombinasi antara kekuasaan uang dan politik di negara ini. Ia percaya bahwa hubungan simbiosis antara pemilik modal besar dan elit politik membuat situasi semakin memburuk.

"Kuasa uang dan kuasa politik bersekutu—ini sangat memprihatinkan!" kata Faisal dengan penekanan.

Ia menilai bahwa politik dan ekonomi di Indonesia saling terkait dan seringkali keduanya saling menguntungkan dengan cara yang tidak adil.

Para pemegang kekuasaan politik sering kali menjadi sekutu bagi konglomerat, bekerja sama untuk mengendalikan sebagian besar ekonomi. Akibatnya, kebijakan publik seringkali lebih berpihak pada kepentingan elit ekonomi daripada kesejahteraan rakyat banyak.

Dalam pandangan Faisal, situasi ini menciptakan siklus yang sulit dipecahkan: kekayaan dan kekuasaan berpusat pada kelompok kecil, yang kemudian mempengaruhi keputusan politik untuk memperkuat posisi mereka. Ini mengakibatkan kebijakan yang tidak efektif dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan, serta menghambat perkembangan ekonomi yang adil.

Krisis Energi di Kalimantan: Batubara dikemanakan?

Faisal juga mencatat bahwa ketergantungan pada sektor tertentu, seperti energi dan tambang, yang sering dieksploitasi oleh oligarki, memperburuk keadaan.

Sumber daya energi di Kalimantan, seperti batubara, diekspor keluar pulau melalui sungai Barito dan Kapuas, sementara Kalimantan sendiri menghadapi krisis energi. Ini adalah fenomena yang dikritisi Faisal sebagai contoh ketidakadilan.

Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam, pengelolaan dan distribusi yang tidak adil menambah penderitaan masyarakat. Batubara dan minyak yang melimpah dari Kalimantan, misalnya, sering kali hanya menguntungkan para pelaku industri besar dan perusahaan multinasional, sementara masyarakat lokal dan negara secara keseluruhan tidak merasakan manfaat yang signifikan.

Faisal Basri terus menekankan perlunya reformasi struktural agar ekonomi Indonesia dapat melayani semua lapisan masyarakat secara adil. Ia mengajak kita untuk tidak hanya melihat angka-angka makroekonomi, tetapi juga memahami bagaimana struktur kekuasaan ekonomi dan politik mempengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia.

Dalam mengenang Faisal, marilah kita refleksikan kembali pesan-pesannya dan berkomitmen untuk memperjuangkan perubahan yang lebih adil dan merata.

Indonesia memang tidak dalam kondisi baik. Tantangan besar di depan kita adalah bagaimana merombak sistem yang tidak adil ini dan mewujudkan negara yang benar-benar berkeadilan untuk semua, terutama bagi komunitas akar rumput yang telah lama hidup di tanah ulayat mereka. *)

Tags : sosok