Literasi

Assesmen Diagnostik sebagai Pemetaan Psikologi Peserta Didik di Putussibau

Kamis, 28 September 2023, 06:49 WIB
Dibaca 612
Assesmen Diagnostik sebagai Pemetaan Psikologi Peserta Didik di Putussibau
Aseesmen diagnostik

 

I.                   Pengantar

SMP Karya Budi Putussibau sudah menerapkan kurikulum Merdeka belajar. Pilihan yang ditentukan adalah mandiri berubah. Dengan memilih Merdeka belajar mandiri berubah, sekolah memiliki keluluasaan untuk merancang kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Untuk mengetahui situasi dan kondisi tersebut sekolah perlu membuat sebuah pemetaan melalui asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik ini menjadi acuan untuk menentukan rancangan pembelajaran siswa.

UU No. 20 tahun 2003 menjelaskan penegrtian pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Melalui Undang-undang ini pemerintah menegaskan Kembali perihal tujuan utama Pendidikan. Untuk menjunjang tercapainya tujuan tersebut, diusahakan agar dalam pengelolaan sekolah diperlukan bidang khusus yang memperhatikan psikologi peserta didik.

Kurikulum 2013 sudah mulai menerapkan hal tersebut dengan menekankan penilaian holistik kepada peserta didik tanpa ada istrumen yang jelas. Disebut kurang jelas karena peserta didik hanya dinilai hasilnya buka pada prosesnya. Proses melibatkan unsur prapenilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Itulah proses yang lengkap. Proses yang lengkap ini terdapat di kurikulum Merdeka melalui instrument khusus yaitu asesmen diagnostik. Melalui asesmen ini peserta didik ditelusuri bakat, minat, potensi dan kecenderungan psikologisnya.

Tulisan ini hendak melihat peran asesmen diagnostik dalam mengelola psikologi peserta didik di SMP Karya Budi Putussibau. Psikologi peserta didik sifatnya kompleks. Kompleksitas tersebut terurai melalui instrument yang jelas.  

 

II.                Asessmen Diagnotik Dalam Kurikulum Merdeka

2.1.Pengertian asesmen diagnostik

Permendikbud No. 56 Tahun 2022 menjelaskan bahwa untuk menelusuri kompetensi peserta didik diperlukan sebuah asesmen yang disebut asesmen diagnostik. asesmen diagnostik merupakan asesmen atau penilaian yang dilakukan secara spesifik guna mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan siswa sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa. Kegiatan asesmen perlu dilakukan berkesinambungan agar guru bisa terus melakukan monitoring setiap perubahan atau perkembangan siswa. Dengan begitu, guru dapat memperbaiki bahkan menyempurnakan instrumen pembelajaran yang tepat untuk kegiatan belajar siswa

 

2.2. Jenis-jenis asesmen diagnostik

Terdapat dua jenis asesmen diagnostik, yaitu:

a.       asesmen diagnostik kognitif

Asesmen diagnostik kognitif merupakan asesmen yang dilakukan di awal dan akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami materi yang diajarkan. Asesmen ini dilaksanakan secara rutin pada saat memulai dan mengakiri pembelajaran, atau bisa juga dikenal dengan asesmen formatif. Selain itu, asesmen diagnostik kognitif juga bisa dilaksanakan pada pertengahan atau akhir semester, yang biasa disebut asesmen sumatif.

b.      Asesmen diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif merupakan asesmen yang dilakukan untuk mengetahui keadaan psikologi, emosional, dan sosial siswa. Asesmen ini memang lebih ditujukan untuk menilai kondisi personal seorang siswa. Kondisi personal merupakan hal penting yang jika tidak ditangani dengan tepat akan mengganggu pencapaian seorang siswa. Untuk itu, asesmen ini juga tidak kalah penting dengan asesmen diagnostik kognitif. Psikologi peserta didik ditelusuri dan didalami melalui Asesmen diagnostik non-kognitif ini.

 

2.3.Tujuan asesmen diagnostik

Terdapat beberapa tujuan asesmen diagnostik. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

a.       Asesmen diagnostik digunakan untuk mengetahui berbagai aktivitas belajar siswa selama berada di rumah, bagaimana kondisi keluarga dan yang terpenting guru juga memahami bentuk pergaulan siswa, serta gaya belajar yang digunakan oleh siswa.

b.       Asesmen diagnostik kognitif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari kemampuan awal siswa dalam memahami tema dari sebuah mata pelajaran. asesmen diagnostik kognitif bisa dilakukan berkala bisa dilakukan di awal pembelajaran dan di akhir pembelajaran setelah guru selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik.

c.       Manfaat asesmen diagnostik bagi guru yaitu dapat memudahkan guru untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan dan kelebihan siswa dalam mempelajari suatu topik atau mata pelajaran secara tepat. Hal itu dapat digunakan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran dan menentukan tindakan setelahnya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar.

d.       Asesmen diagnostik juga memberikan bermanfaat bagi siswa di antaranya memberikan berbagai informasi pada siswa mengenai kelemahan, kelebihan, serta masalah yang dimiliki oleh siswa dalam belajar. Sehingga siswa dapat memperbaiki setiap proses belajar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

 

 

III.             Pemetaan Psikologi Peserta Didik Melalui Asesmen Diagnostik

3.1. Langkah-langkah asesmen diagnostik

Masing-masing jenis asesmen diagnostik memiliki tahapan yang berbeda karena hasil akhir yang dicapai juga berbeda.

1.                  Tahap Asesmen Diagnostik Kognitif

a.       Tahap persiapan

·      Membuat jadwal pelaksanaan asesmen.

·      Mengidentifikasi materi asesmen berdasarkan kompetensi dasar yang telah disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

·      Menyusun pertanyaan sederhana dengan format 2 soal sesuai kelasnya menggunakan materi yang akan dipelajari, 6 soal menggunakan materi satu kelas di bawah pada semester 1 dan 2, dan 2 soal menggunakan materi dua kelas di bawah pada semester 2.

b.      Tahap Pelaksanaan

Tahap ini diisi dengan pengerjaan soal-soal asesmen yang dibuat guru untuk siswa. Soal ditujukan untuk seluruh siswa, baik yang belajar secara daring ataupun luring.

c.       Tahap Tindak Lanjut

Pada tahap ini, guru akan membuat kebijakan terkait hasil perolehan rata-rata kompetensi siswa. Berikut adalah beberapa langkahnya:

·         Mengolah hasil asesmen.

·         Membagi siswa berdasarkan 3 kategori, seperti “paham utuh”, “paham sebagian”, dan “tidak paham”.

·         Menghitung rata-rata kelas. Siswa yang mendapat nilai rata-rata kelas akan mengikuti pembelajaran sesuai fasenya. Siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata diberikan pembelajaran khusus pada kompetensi yang dipahami. Dan untuk siswa yang memiliki nilai di atas rata-rara kelas akan diberikan materi pengayaan.

·         Melakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum mempelajari topik baru. Penting untuk selalu menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan rata-rata kemampuan siswa.

·         Mengulang proses yang sama pada setiap awal pembelajaran agar siswa terbiasa menguasai pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa.

2.      Tahap asesmen diagnostik non-kognitif

a.      Tahap Persiapan

·        Guru menyiapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi.

·        Guru membuat daftar pertanyaan kunci seperti “Apa saja kegiatan yang mendukung semangat belajar saat berada di rumah?” atau “Adakah hal menyenangkan dan tidak menyenangkan selama kamu belajar di rumah?”.

 

 

b.      Tahap Pelaksanaan

·         Guru memberikan gambar ekspresi emosi kepada siswa.

·         Guru meminta siswa untuk mengekspresikan perasaan selama belajar di rumah secara lisan, tulisan, atau gambar.

c.       Tahap Tindak Lanjut

·         Mengidentifikasi siswa yang mengekspresikan diri dengan gambar ekspresi emosi negatif dan mengajak untuk berdiskusi secara personal.

·         Menentukan tindak lanjut yang tepat untuk membantu siswa dan mengkomunikasikan dengan siswa juga orang tua.

·         Mengulang kembali asesmen diagnostik non-kognitif pada awal pembelajaran.

3.2. Pentingnya pemetaan psikologi Pendidikan melalui asesmen diagnostik

 

Mengutip tulisan Slavin (1994) Syamsul Bachri Thalib (2010,hal.3) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif menjelaskan bahwa psikologi pendidikan adalah upaya untuk menerapkan psikologi ke dalam proses yang membawa pengubahan tingkah laku, dengan kata lain untuk mengajar. Sedangkan arti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang belajar, pertumbuhan, dan kematangan individu serta penerapan prinsip–prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia. Pendidikan tersebut bertujuan untuk mempengaruhi proses mengajar dan belajar.

Psikologi pendidikan memiliki ruang lingkupnya yang menjadi dasar dan batas atau yang membedakan dengan keilmuan psikologi lainnya. Menurut Sumadi Suryobroto, ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain:

1.      Pengetahuan

Pendidik atau guru perlu memilik pengetahuan yang lebih untuk memberikan pengajaran pada anak didiknya. Proses belajar mengajar memberikan dampak secara pengetahuan (kognitif) pada peserta didik yang awalnya tidak tahu tentang materi yang diberikan menjadi tahu. Guru atau pengajar perlu memiliki pengetahuan tentang metode pembelajaran dan pengetahuan lainnya tentang masalah yang mungkin ada pada peserta didik.

Pengetahuan tentang aktivitas jiwa peserta didik, intelegensi, kepribadian, karakter individu, bakat peserta didik, tumbuh kembangnya, pembinaan disiplin di dalam kelas, motivasi belajar, perilaku guru, strategi belajar mengajar, dan masalah masalah khusus dalam pengajaran dan pendidikan.

2.      Pembawaan

Proses pembelajaran yang interaktif dari guru akan memberikan motivasi dan respon positif dari anak didik saat proses belajar mengajar. Pembawaan dimiliki seorang pengajar sebagai gaya penyampaian materi, konsep pengajaran selama berada di kelas. Dan juga diperlukan untuk mengubah suasana yang menstimulus siswa selalu aktif akan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.

3.      Proses – proses tingkah laku

Menurut Soerjabrata, psikologi pendidikan ditinjau secara dinamis yakni mencakup perubahan perilaku seperti :

a.       Perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan.

b.      Perubahan perilaku karena belajar merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran interaktif yang diberikan oleh guru kepada peserta didik akan memunculkan perubahan perilaku seperti ketrampilan selama proses pembelajaran seperti berbicara di depan kelas, berdiskusi, ataupun kegiatan yang melibatkan respon sensorik dan motorik. Kegiatan tersebut memberikan perubahan pada peserta didik menjadi lebih aktif dan perubahan sikap (afektif) dari sikap yang kurang baik menjadi sikap yang positif. Sikap positif yang dibawa saat kembali ke dalam keluarga, ke masyarakat merupakan hasil proses pendidikan yang berkualitas.

4.      Kesehatan mental

5.      Kesehatan mental anak didik ditandai dengan keikutsertaannya dan keaktifannya dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun berkelompok.

Asesmen diagnostik secara khusus non-kognitif membantu pendidik untuk menelusuri pekembangan psikologi peserta didik. Terdapat tahapan-tahapan yang dilalui pendidik untuk mendiagnosa kecenderungan psikolgi peseta didik.  Salah satu teori psikologi yang biasa dipakai dalam dunia psikologi adalah teori behaviorisme. Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut merupakan dampak  dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dapat diartikan bahwa belajar merupakan bentuk perubahan tingkah laku pada siswa dari interaksi terhadap stimulus. Seseorang dikatakan sudah belajar jika terdapat perubahan pada perilakunya. Pada bagian inilah asesmen diagnostik membantu perubahan prilaku peserta didik. Karena terdapat hubungan yang sangat era tantara prilaku dan psikologi peserta didik.

IV.             Penutup

Psikologi pendidikan sudah menjadi dasar pembentukan dan pengembangan sistem kurikulum, pembelajaran,d an penilaian dalam dunia pendidikan. Kurikulum Merdeka belajar membuka ruang yang seluas-luasnya kepada para pendidik untuk melihat kecenderungan psikologi peserta didik sebelum membuat perencanaan pembelajaran. Salah satu isntrumen yang digunakan adalah asesmen diagnostik non-kognitif. Jenis asesmen ini berguna untuk menganalisis kepribadian siswa dan faktor-faktor psikis yang memengaruhi perilakunya.

Asesmen diagnostik membantu peserta didik untuk mengenal diri dan lingkungan belajarnya serta membantuk para pendidik mengambil kebijakan konkret dalam proses pembelajaran. Hal lain yang mendukung kebijakan ini adalah hadirnya sebuah Pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah sebuah program Pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat khusus baik secara fisik maupun psikis. Sekolah mengetahui kelainan ini melalui asesmen diagnostik non-kognitif.

Seorang guru dapat dikatakan sukses dalam mengajar manakala terdapat perubahan perilaku maupun pemahaman dari para siswanya. Namun, untuk menghasilkan yang demikian, tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Terlebih setiap siswa selalu mempunyai keunikan, kelebihan, dan kekurang yang tidak sama antara satu dan lainnya. Untuk itu seorang guru perlu melakukan pendekatan dan memahami kelebihan dan kekurangan pada masing-masing siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fadhila Suralaga.2021. Psikologi Pendidikan; implikasinya dalam dunia pembelajaran.

Depok:Rajawali Press.

Lee, Y. W., & Sawaki, Y. (2009). Cognitive diagnosis approaches to language assessment: an overview. Language Assessment Quarterly, 6(3):172–189. https://doi.org/10.1080/154 34300902985108

Nana Sudjana. 1990. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran Jakarta: Universitas Indonesia.

Reni Akbar Hawari.2001.  Psikologi Perkembangan Anak Jakarta: Grasindo, 2001.

Syamsul Bachri Thalib.2010. Psikologi Pendidikan berbasis analisis empiris aplikatif. Jakarta. Kencana prenada media group.

Sarlito Wirawan. 1983. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: TNP, 1983.

Tolsdorf, Yannik., Silvija Markic. 2017. Exploring Chemistry Student Teachers’ Diagnostic Competence- A Qualitative CrossLevel Study. Journal Education., Vol 7, No 4.

Yasir, I. 2016. Evaluasi Diagnostik dan Remedial oleh Guru dalam Proses Pembelajaran. Jurnal   BAPPEDA., Vol 2, No 3.