Literasi

Batu Ruyud dan Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan

Minggu, 3 Maret 2024, 07:06 WIB
Dibaca 131
Batu Ruyud  dan Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan
Foto Bersama dengan Wagub Kalimantan Utara dan sekaligus Penggerak Literasi Nasional

Buku yang digagas oleh Yansen TP dan 14 Pegiat Literasi Nasional amat sangat membantu dalam mengungkap apa dan bagaimana kondisi perbatasan di Kalimantan Utara. Batu Ruyud menjadi saksi yang luar biasa bagi Literasi Indonesia.

Cikeas, 1 Maret 2024

Sebagai  seseorang yang lahir di tanah Sunda , saya memiliki keinginan untuk lebih banyak mengenal  bagaimana daerah saya berpijak ini . Tentu literasi mengenai bumi parahiyangan sangat banyak yang bisa dibaca, namun seolah ada kekosongan tersendiri. Mungkin karena saya bukanlah seorang pegiat atau penggerak literasi tersebut, seperti hal nya sosok yang berada tepat di depanku bernama Yansen TP. 

Dr. Yansen Tipa Padan, M,Si nama dan gelar lengkap dari Wakil Gubernur Kalimantan Utara yang saya dan istri temui di Sekolah Alam Cikeas Bogor. Di sekolah alam yang sangat luas ini (ada Play Group, TK,SD,SMP hingga SMA) bayangan masa kecil saya bermain bersama teman - teman di sawah, ladang, lapangan , sungai tergambar. Penuh kebahagiaan dan kesahajaan.  

Rasa bahagia, jelas tergambar di wajah Beliau yang dengan kemampuan literasinya mampu menggandeng elemen penulis, budayawan, Pendidik, ASN yang hoby menulis menjadi satu kesatuan dan menghasilkan sebuah buku berjudul  Menjelajahi Misteri Perbatasan. 

Buku  berwarna dominan biru dalam sampulnya ini mengisahkan kondisi sebenarnya di sebuah perbatasan Krayan, Kalimantan Utara. Mungkin banyak yang tak mengenal daerah ini, tapi potret di dalam buku ini yang disampaikan oleh gabungan penulis hebat diantaranya Dodi Mawardi, Pepih Nugraha, Masri Sareb Putra, Edrida Pulungan, Herman Syah dan kawan lainnya berjumlah 15 (lima belas) orang sudah membuktkan bahwa  hasil karya ini bukan untuk main - main , bahkan bisa dikatakan sebuah maha karya sejarah, karena diabadikan di suasana, lokasi dan tempat yang unik bernama Batu Ruyud. 

Di Batu Ruyud, nama sebuah tempat dimana sebuah batu besar berdiri seberat 6 ton  yang dikelilingi oleh batu batu ukuran lainya yang membentuk sebuah prasasti. Dalam sejarahnya, keluarga besar Yansen TP selalu melewati sungai yang batunya dikumpulkan oleh masyarakat asli sekitar.  Dan sejarah itu berulang kembali kepada para peserta peluncuran Buku Menjelajahi  Misteri Perbatasan. 

Menarik Soal Batu Ruyud

Bila seorang penulis melihat dari berbagai perspektif kesukaannya dengan menggambarkan apa yang tumbuh dan berkembang di dalam otak kepalanya yang digoreskan dalam sebuah tulisan, maka saya menyukai simbol dari batu ruyud ini yang juga  menyambung dengan apa yang menjadi misteri di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia ini di Pulau Kalimantan. 

Karena Aktifitas Batu Ruyud Writing Camp yang digagas oleh Yansen, maka Batu Ruyud, sebuah fenomena yang mencatatkan dirinya dalam sejarah literasi nasional Indonesia. Mengangkat kisah yang mendalam tentang Bakti Yupa dan kebangkitan peradaban di Pulau Kalimantan. Fenomena ini mengungkapkan sebuah protokol sejarah yang memperlihatkan bahwa batu tersebut, yang terlihat seperti gambaran gunung, sebenarnya merupakan dataran yang hanya dihiasi oleh batu-batu besar, salah satunya memiliki berat mencapai 6 ton.

Kisah pembangunan Batu Ruyud menjadi simbol kekuatan manusia dalam menghadapi tantangan alam. Lebih dari 100 orang bekerja sama untuk mengangkat batu-batu tersebut dari sungai, dalam sebuah upaya kolaboratif yang menunjukkan keajaiban kebersamaan dan kerja keras. Hal ini memperlihatkan bahwa peradaban kita tidak hanya dibangun dengan kayu, tetapi juga dengan batu yang mewakili kekuatan, ketahanan, dan kebersamaan.

Pembangunan Batu Ruyud juga mengungkapkan nilai-nilai budaya dan tradisi orang Dayak (sebagai bagian tidak terpisahkan dari Kalimantan), yang selalu meninggalkan tanda di tempat yang mereka kunjungi. Praktik ini menjadi indikator penting dalam menentukan kepemilikan lahan dan tempat tinggal. Kisah ini membawa kita pada refleksi tentang interaksi manusia dengan alam, dan bagaimana peradaban kita terbentuk dari hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.

Selain menjadi tonggak sejarah, Batu Ruyud juga memberikan inspirasi bagi perkembangan literasi nasional. Dalam sebuah perjalanan yang panjang, literasi tidak hanya melibatkan pembacaan dan penulisan, tetapi juga penghargaan terhadap kearifan lokal, tradisi, dan budaya setempat. Sekolah bernama alam menjadi salah satu wadah yang strategis dalam membangun kesadaran akan jati diri bangsa, di mana interaksi manusia dengan alam menjadi landasan utama dalam proses belajar mengajar.

Kisah-kisah sejarah lokal yang tertuang dalam pembangunan Batu Ruyud menjadi bukti akan pentingnya melestarikan dan mempelajari warisan budaya, serta menularkannya kepada generasi-generasi mendatang. Dengan demikian, literasi tidak hanya menjadi alat untuk memahami masa lalu, tetapi juga sebagai fondasi untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Dalam konteks yang lebih luas, pembangunan Batu Ruyud memperlihatkan bahwa kekayaan bangsa Indonesia tidak hanya terletak pada keindahan alam dan sumber daya alamnya, tetapi juga pada keragaman budaya, tradisi, dan sejarahnya yang kaya. Dengan menghargai dan memahami nilai-nilai ini, kita dapat menciptakan sebuah peradaban yang berkelanjutan, harmonis, dan berlandaskan pada kearifan lokal.

Batu Ruyud tidak hanya menjadi sebuah batu besar di tengah sungai, tetapi juga menjadi simbol kekuatan, kebersamaan, dan kearifan lokal yang memperkaya literasi dan peradaban bangsa Indonesia. Melalui pembangunan Batu Ruyud, kita diingatkan akan pentingnya memelihara dan menghormati warisan budaya, serta menggali potensi literasi dari setiap sudut Nusantara.

Dengan demikian, Batu Ruyud tidak hanya menjadi sebuah batu, tetapi juga sebuah cermin bagi kita semua untuk merenungkan dan menghargai keajaiban literasi nasional yang terus berkembang dan memberi warna pada peradaban bangsa Indonesia.

Buku Menjelajahi Misteri Perbatasan yang memiliki ketebalan 222 halaman mampu menghanyutkan saya, menyelami kedalaman data dan fakta. Batu Ruyud Writing Camp yang membuat bahagia seluruh pesertanya masyarakat lokal Kaltara.

Tanpa internet dengan gegap gempitanya FB, IG, Tiktok tak akan bisa mengalahkan kegembiraan selama 7 hari 7 malam dalam acara in. 

Beruntung Indonesia memiliki para pegiat literasi, yang karyanya bisa dieksekusi langsung oleh yang berkepentingan guna membangun peradaban.  Cikeas dan Kalimantan memiliki sejarah yang sama, memiliki filosofi sejarah besar, namun yang tanggap dan cepat membangun literasinya dialah yang kemudian berpotensi dikenal dan dikenang dalam sejarah. 

Berdasarkan materi yang diberikan, buku "Menjelajahi Misteri Perbatasan" yang ditulis oleh Dr. Yansen TP, M.Si, dkk, melibatkan 14 penulis dengan desain yang dirancang secara khusus. Meskipun membahas beragam topik seperti budaya, seni, alam, dan puisi, buku ini terstruktur dengan baik. Pembukaan acara peluncuran menampilkan sambutan dari berbagai tokoh, seperti Pak Yansen, Bapak Saroto, dan Fitra, yang menyampaikan kesan dan harapan mereka terhadap buku ini.

Dalam sambutannya, Dr. Yansen TP menjelaskan bagaimana buku ini terinspirasi dari pertemuan dengan rekan-rekan seperti Pak Dodi, Pak Rudi, dan Pak Masri. Dia juga menyoroti perjalanan pribadinya dalam menulis, mulai dari transkrip buku hingga menjadi seorang penulis yang produktif. Dr. Yansen menyebutkan bahwa literasi adalah kunci membangun bangsa, dan buku ini diharapkan dapat menjadi kontribusi penting dalam menggerakkan semangat literasi nasional.

Selanjutnya, Dr. Yansen membagikan pengalaman pribadinya dan bagaimana pertemuan dengan teman-teman seperti Pak Dodi dan Pak Masri membantu membentuk pemikirannya. Dia menekankan pentingnya literasi dalam membangun Indonesia, terutama dengan menggali kekayaan budaya dan keanekaragaman yang unik. Buku ini diharapkan menjadi wadah bagi penulis-penulis Indonesia untuk menuangkan pikiran mereka dan membantu membangun bangsa.

Dalam rangkaian acara peluncuran, Dr. Yansen juga membahas tentang gerakan literasi nasional, menciptakan wadah untuk para penulis, dan menyampaikan gagasannya tentang kekayaan budaya Indonesia. Dalam kesimpulannya, Dr. Yansen menyatakan keyakinannya bahwa buku ini dapat menjadi jembatan untuk melihat lebih dalam fenomena perbatasan dan kekayaan yang terkandung di dalamnya.

Sebagai penutup, acara peluncuran buku ini diwarnai dengan semangat literasi, harapan, dan tekad untuk membangun bangsa melalui tulisan. Materi ini mencerminkan kerja keras dan komitmen para penulis dalam menciptakan karya yang bermakna dan menggugah pemikiran pembaca.

***