YTP Rayeh

Seni Mengkhianati Keputusan Sendiri

Kamis, 6 Januari 2022, 07:14 WIB
Dibaca 1.264
Seni Mengkhianati Keputusan Sendiri
Saya dan Yansen TP (Foto: dok. Pribadi)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Ada dua pengkhianatan yang dilakukan Yansen Tipa Padan selama hidupnya terkait keputusan penting dalam hidupnya.

Pertama, mengkhianati keputusan sendiri tatkala bertekad pensiun dari dunia birokrasi dan sepenuhnya mengabdi kepada kepentingan keluarga yang selama ini dinomorsekiankan.

Kedua, mengkhianati keputusan sendiri tatkala bertekad tidak terjun lagi ke dunia politik setelah dua periode menjabat selaku bupati Malinau. 

Pengkhianatan pertama kepada keputusan sendiri terjadi ketika ia akhirnya kembali ke dunia birokrasi yang kala itu masih memerlukan sentuhannya. 

Pengkhianatan kedua kepada keputusan sendiri terjadi manakala suara rakyat yang memanggil lebih keras bergema dibanding hasratnya berhenti total dari dunia politik.

Demikian saripati buku "Mengkhianati Keputusan Sendiri", sebuah catatan atau memoar politik yang terkait keputusan penting dalam hidup Yansen. Dalam buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas mengawali tahun 2022 ini juga tergambar bahwa tidak setiap pengkhianatan berakhir dengan keburukan.

"The Betrayal" bisa bermakna negatif, netral bahkan positif. "The betrayal of intellectual", sebuah istilah yang sudah seperti peribahasa dalam dunia pemikiran bermakna negatif jika pengkhianatan dilakukan seorang intelektual yang menggadaikan intelektualitasnya untuk kepentingan subjektif.

"The betrayal of life decision" bisa bermakna positif jika hasilnya lebih bermakna bagi dirinya, keluarga, lingkungan, kerabat dan lebih luas lagi; rakyatnya.

Itulah pengkhianatan ala Yansen yang tercermin dalam buku yang ditulisnya dengan cara bertutur memikat. Yansen adalah penutur yang baik, seolah-olah bercerita di depan sidang pembaca tentang perjalanan hidupnya.

Kedua pengkhiatan terhadap keputusannya membuahkan hasil baik dan positif; ia berpaling kepada kepentingan orang banyak saat terpilih menjadi wakil gubernur Kalimantan Utara, sebuah provinsi paling bontot di negeri ini. 

Bukan berarti kepentingan diri dan keluarganya menjadi terpelanting atas pengkhianatan itu. Tatkala semua pemegang tampuk keluarga dalam hal ini isteri dan keempat putera-puterinya menyatakan tidak berkeberatan dan bahkan memberi dukungan penuh, maka pengkhianatan yang dilakukan Yansen atas keputusan penting dalam hidupnya tidaklah sia-sia.

Membaca buku memoar politik Yansen ini tidak semata-mata membaca "happy ending" sebuah novel atau sebelum segalanya "husnul khatimah" di mana semua perjalanan hidup berakhir baik. Anda akan diajak ke sebuah ruangan di mana di dalamnya terpampang layar kehidupan dengan segala filsofisnya.

Sebagai contoh mengenai kepemimpinan, meski di sana tersua bagaimana Niccolo Machiavelli punya prinsip dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan, Yansen dalam bukunya seperti menegasikan pendapat filsuf itu, bahwa kekuasaan juga bisa diraih dengan cara bermartabat dan terhormat; yaitu mengikuti aturan pemilihan menuju kursi kekuasaan dengan beretika.

Benar bahwa dalam buku ini tertulis tipe-tipe kepemimpinan dan karakteristik masing-masing tipe kepemimpinan tersebut, tetapi Yansen memilah dan memilih tipe dan gaya kepemimpinan apa yang cocok diterapkan pada masa sekarang, pada masa di mana dunia sudah berlari kencang karena dorongan teknologi informasi yang sudah sedemikian maju dan seperti tak terkendali.

"Kita harus mampu memanfaatkan teknologi, jangan sebaliknya kita yang dimanfaatkan teknologi. Bukan tempat yang mengubah kita, tapi kitalah yang harus mampu mengubah tempat," demikian filosofi Yansen yang bertumpu pada kemampuan manusia dalam menyiasati perubahan zaman.

Yansen TP menulis buku ini bukan secara instan, melainkan perlu waktu lama untuk mewujudkannya. Bukan karena memburu target penerbitan atau sekadar mengejar kuantitas, melainkan karena sebuah buku memerlukan pemikiran yang dalam saat ditulis. Berkualitas sempurna adalah tujuan akhir buku ini hadir.

Selaku pembaca awal buku ini dan tahu presis bagaimana cara Yansen menulis buku ini, saya bersaksi bahwa buku ini wajib wajib oleh siapa saja. Tidak hanya wajib dibaca oleh birokrat, politikus atau para terpelajar, tetapi mereka yang mencintai kebijaksanaan.

***