Mengapa Kita Harus Belajar
Jangan biarkan komentar negatif dari haters membebani langkahmu apalagi menghambat prestasimu.
Pagi ini saya mengambil, seraya membaca buku karya Paul G. Stoltz, “Adversity Quotient”. Buku bagus ini mengulas cara bagimana mengubah tantangan menjadi peluang. Salah satu kutipan yang saya suka dalam buku ini, “Kemampuan untuk bertekun harus dimulai dari diri Anda, si individu. Namun, perubah itu jarang yang berlangsung dengan mulus. Kadang-kadang perubahan itu betul-betul sulit.” Siapa pun manusia dimuka bumi ini, pasti pernah bertekun dan itu terus lakukan secara berulang. Termasuk Anda dan saya.
Bertekun merupakan tindakan yang kita upayakan, sampai upaya-upaya itu hasilkan sesuatu. Sama halnya ketika kita menerima informasi baru atau mencoba mengembangkan keterampilan baru. Seperti, mengikuti lomba lari, menyanyi, sampai mengikuti lomba menulis puisi. Dalam hal mengasah keterampilan, Anda ingin belajar berenang maka Anda kekolam renang, belajar mengemudi maka Anda mencari mobil. Nah, semua itu Anda upayakan untuk belajar, belajar menjadi bisa.
Setiap kita lahir dengan rasa ingin tahu (curiousity) yang tak terpuaskan selama kita hidup didunia ini. Sehingga mendorong diri untuk ingin tahu, upaya yang kita lakukan biasanya mencari dan mengingat apa yang ingin kita ketahui. Bayangkan, jika tidak ada manuisa yang memiliki rasa ingin tahu dalam dirinya, yang terjadi pasti melakukan hal yang sama, di hari yang berbeda, itu artinya tidak ada inovasi atau kemajuan. Sebab, kemajuan itu selalu mengikuti perubahan.
“Seseorang bisa disebut gagal bila ia jatuh dan takut mencoba lagi.”-Marie Forleo, Motivator
Pada akhirnya, kita mempelajari sesuatu karena ada alasan yang kuat dalam diri kita. Kita pun harus menyadari apa yang kita pelajari pasti mendatangkan manfaat, sekalipun tidak sekarang—pasti dikemudian hari. Maka, jelas sekali dalam belajar kita menginginkan kondisi yang baik, untuk itu kita harus mempertahankan hanya pikiran yang baik.
Salam semangat muda.
***