Lahong juga Bukan Durian
Dulu aku pernah bercerita tentang Ley (https://ytprayeh.com/wisata/p-c1617180d4354f3/ley-bukan-durian). Kini aku bawakan oleh-oleh yang lain dari Kalimantan. Namanya Lahong. Seperti Ley, Lahong bukanlah durian. Memang mirip sekali dengan durian. Buah Lahong juga berduri. Warnanya ungu kemerahan. Durinya lebih rapat, lebih panjang, dan lebih tajam.
Berbeda dari Ley dan Durian, Lahong tak bisa dibuka kulitnya dengan tangan. Jadi untuk menikmati lahong, buah harus dibelah dengan parang secara melintang. Jari telunjuk menjadi alat pencongkel untuk mengeluarkan daging buah yang membungkus biji dari rumahnya.
Mencongkel daging buang dengan ujung jari telunjuk adalah kenikmatan tambahan dalam menikmati lahong.
Dibanding durian dan ley, daging buah lahong lebih tipis. Namun dari segi rasa, tak ada durian yang bisa menandinginya. Aromanya lebih dalam, rasanya lebih nendang. Jadi, bagi mereka yang bukan maniak durian, satu pongge (biji; bukan buah) sudah akan membuat badan memanas, kepala melayang. Bijinya seukuran durian, berwarna coklat gelap. Rata-rata satu rumah berisi 5-6 biji.
Harganya? Tak mahal-mahal amat. Pada saat musim besar seperti sekarang ini, satu buah lahong bisa kita nikmati hanya dengan Rp 25.000 saja. Itu pun kalau ada yang menjualnya. Seringnya buah ini hanya dinikmati oleh orang-orang di hutan saja. Jarang sekali dijual di pasar. Sebab beberapa orang menyebutnya sebagai durian hutan.
***