Riset

Sawit Rakus Sekaligus Merusak Air? Post-truth Itu!

Senin, 17 Mei 2021, 14:31 WIB
Dibaca 689
Sawit Rakus Sekaligus Merusak Air? Post-truth Itu!
Post-truth kalau dikatakan,

Benarkah Sawit rakus dan merusak air?

Studi terbaru tentang jejak air di perkebunan kelapa sawit menunjukkan bahwa kelapa sawit (Elaeis guineensis) tidak menjadi ancaman bagi sumber air di Indonesia. Kajian dilakukan oleh Pusat Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LPPM) Stiper Institut Pertanian (Instiper) Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (BPDPKS).

Penelitian yang dipimpin oleh Lisma Safitri, M.Si. ini dilakukan di dua perkebunan kelapa sawit yang terpisah di provinsi Riau dan Kalimantan Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa kelapa sawit yang dibudidayakan di tanah gambut mengandung jejak air yang lebih rendah dibandingkan dengan kelapa sawit yang dibudidayakan di tanah mineral.

Perkebunan kelapa sawit telah dikaitkan dengan kerusakan lingkungan yang meluas, termasuk masalah yang berhubungan dengan air. Perkebunan tersebut kerap dituding mengonsumsi air yang relatif tinggi sehingga mengancam kelestarian sumber air di Indonesia.

Itulah "post-truth". Silang-kepentingan. Harap bijak, dan cerdas, menyikapi berbagai isu.

Post-truth adalah suatu istilah untuk menggambarkan keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik daripada menarik emosi dan keyakinan pribadi. Seperti isu Sawit deforestasi. Rakus. Serta mencemar air.

“Mengapa Post-truth dilawan?” Sebelum menjawab pertanyaan itu, kiranya perlu dipahami makna kata, istilah, dan konteksnya.

Dari  kata post (setelah, sesudah, pasca) dan truth (kebenaran), Post-truth adalah suatu istilah untuk menggambarkan keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik daripada menarik emosi dan keyakinan pribadi.

Dalam khasaah filsafat, Post-truth adalah konsep filosofis dan politik untuk menggambarkan "hilangnya standar objektif bersama untuk kebenaran" dan "selip berputar-putar antara fakta atau fakta alternatif, pengetahuan, pendapat, keyakinan, dan kebenaran".

Wacana pasca-kebenaran sering kali dikontraskan dengan bentuk-bentuk yang diambil dengan metode dan penyelidikan ilmiah.

Sebaliknya, analisis penggunaan air dan kerapatan panjang akar menunjukkan. Bahwa kelapa sawit paling banyak mengkonsumsi air dari zona perakaran atas. Artinya kelapa sawit hanya menggunakan air hujan dan air permukaan. Studi tersebut juga membuktikan bahwa kelapa sawit tidak mengancam keberlanjutan sumber air di Indonesia.

Studi tersebut juga merumuskan model aplikasi Perhitungan Jejak Air di irigasi sebagai Sistem Peringatan Dini di perkebunan kelapa sawit berdasarkan status sistem pengendalian jejak air kelapa sawit dengan menggunakan masukan dari data curah hujan, jenis tanah, umur tanaman, dan produksi tanaman.

 Jejak air / produktivitas air (m3 / kg) TBS yang diidentifikasikan sebagai jejak air hijau dan biru dapat diperoleh berdasarkan rata-rata konsumsi air tanaman (ETa) dan produksi tanaman bulanan serta kerapatan panjang akar.

Studi di Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa pada tingkat luas tapak air adalah 1002,1 m3 / ton yang terdiri dari 76,7 m3 / ton air hijau, 35,9 m3 air biru / ton dan 89,5 m3 / ton air abu-abu.

Sementara Hasil penelitian di Riau menunjukkan jejak air sebanyak 593,61 m3 / ton TBS terdiri dari 535,55 m3 / ton hijau, 8,08 m3 / ton biru dan 49,98 m3 / ton abu-abu.***

Tags : riset