Ekonomi

Jalan Sawit

Sabtu, 15 Mei 2021, 17:54 WIB
Dibaca 893
Jalan Sawit
Jalan sawit. Jangan sekali-kali dilupakan rintisannya.

Saya berusaha melihat sawit. Dengan segala ekses ikutannya. Secara jernih. Dan berimbang.

Dengan sengaja saya menggunakan istilah "ekses". Bukan dampak. Apalagi, akibat.

Ekses itu netral. Ia khasanah filsafat. Makna harfiahnya: hal, atau suatu peristiwa. Yang melampaui batas-batas penglihatan fisik. Ia meta-fisika. Yang hanya bisa dilihat melalui jalan filsafat. Mengandalkan akal budi. Pikiran jernih. Suatu perenungan mendalam. Sampai akar-akar masalah.

Setidaknya, saya mencatat 5 indikator. Yang menjadi pangkal soal. Sekaligus, sebenarnya, hal yang kerap jadi silang sengketa dalam hal memandang sawit.

1) Serapan tenaga kerja,

2) Uang beredar,

3) Sarana/ prasarana meningkat,

4) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) meningkat, dan

5) Pola kepemilikan/ kerja sama dengan perusahaan.

Tulisan kali ini, saya fokus ke poin 3. Bagaimana perusahaan perkebunan sawit memberi kontribusi nyata pada masyarakat. Dengan membuka akses jalan. Meski "jalan sawit", kemudian menjadi jalan umum.

Dikenal sebagai “jalan sawit”, jalan-jalan yang dibangun perusahaan sawit itu kemudian menjadi jalan umum.

Beberapa kali saya mengalami. Waktu pulang kampung. Dari Ambawang-Simpang Ampar. Poros jalan penting yang menghubungkan Pontianak-Kuching dan Pontianak-Kapuas Hulu. Ketika jalan raya masih dalam proses pengerjaan. Kami melalui jalan sawit. Dan banyak motong waktu. Beberapa penumpang bilang, "Untung ada jalan sawit."

Juga ketika saya mau cepat tiba di rumah. Dari Sanggau, saya tidak lewat jalan saya Sanggau-Simpang Tanjung-Kembayan-Jangkang. Melainkan lewat jalan sawit, dari Mukok-Balai Sebut. Untung ada jalan sawit!

Kehadiran perusaan sawit di berbagai negeri ini, harus diakui, memberi manfaat secara langsung bagi masyarakat setempat. Jalan-jalan yang dibuka menuju lokus perusahaan sawit, dimanfaatkan oleh penduduk sebagai jalur transportasi utama. Perusahaan sawit selain membuka jalan, juga merawatnya secara rutin.

Dikenal sebagai “jalan sawit”, jalan-jalan yang dibangun perusahaan sawit itu kemudian menjadi jalan umum. Dengan sendirinya, jalan perusahaan tersebut sangat bermanfaat dan besar perannya di dalam membuka isolasi, selain menggairahkan perekonomian suatu daerah.

***

Masalahnya kini. Kadang kita lupa pada jasa perusahaan sawit. Yang telah membuka jalan. Jika truk-truk perusahaan sawit mengangkut sawit overload, kita pasti mengomel. Apalagi jika tidak menjaga keamanan. Misalnya, dengan memasang jaring. Semestinya sih, ada petugas yang tetap menjaga standar-standar pengangkutan itu.

Tapi cukup banyak juga truk pengangkut sawit ke pabrik yang taat dengan tata aturan. Terhadap tata-angkut buah sawit dari perkebunan ke pabrik pengolahan, ada petugas yang mengatur. Bukan persoalan kita.

Yang menjadi persoalan kita adalah: jangan sampai overload, merusak jalan. Atau ketika membawanya, membahayakan sesama pengguna jalan.

Yang menjadi persoalan kita juga adalah: kerap lupa pada jasa perusahaan sawit. Yang telah meretas akses jalan. Yang membuat dinamika perekonomian hidup. Yang membuka isolasi.

Perusahaan sawit yang membantu para petani mandiri. Yang membeli dan menerima produk, hasil kebun petani lokal. ***

Tags : ekonomi