Ta' Lande : Tarian Kebersamaan dan Sukacita Lun Dayeh

Izinkan, kali ini. Saya narasikan salah satu kesenian. Sekaligus adat budaya orang Lun Dayeh. Di mana, menurut hemat saya dan sejauh yang biasa kuikuti. Tarian ini sungguh unik. Sekaligus, sarat dengan makna.
Ta' Lande.
Ia bukan sekadar tarian. Melainkan juga terpatri di dalamnya multimakna yang sarat dengan muatan filosofi. Tarian ini diiringi dengan syair, irama, dan alunan lagu.
Hal yang unik adalah bahwa Ta' Lande ditarikan oleh sejumlah orang. Sedikitnya belasan bahkan bisa puluhan. Biasanya sejumlah orang itu melingkar menari di area terbuka. Sembari biasanya orang yang di depan yang menyanyikan lagu dan syair-syair yang penuh makna.
Jarang ada kesempatan menari ta' lande. Namun, dengan mengenal dan memahami filosofi tarian itu, kita telah mengenal khasanah kekayaan. Sekaligus adat budaya bangsa.
Kadang-kadang syair yang diperdengarkan lucu. Kadang-kadang juga penuh dengan sindiran, sentilan, bahkan tidak jarang berisi pujian, ucapan terima kasih dan juga bermuatan ucapan syukur.
Pendek kata. Tarian ta' lande mencakup berbagai seni dan fosofi. Ekspresi dari sukacita, kegembiraan, penghormatan, penerimaan sekaligus ungkapan kegembiraan dan yang penting: kebersamaan.
Di Ba' Binuang, Krayan, dalam suatu acara adat besar, festival kuliner pada waktu itu (2018) saya turut larut dalam sukacita dan kebersamaan masyarakat yang diekspresikan melalui tarian ta' lande.
Sungguh amat sangat saya rasakan di dalamnya kebersamaan, keserasian, sekaligus juga refleksi atas kehidupan.
Syair-syair sungguh menunjukkan adanya kreativitas yang tinggi. Antara sampiran dan isi, sangatlah padu. Keharmonisan dan keindahan bunyi saling mengisi satu sama lain. Sedemikian rupa, sehingga ta' lande bukan sekadar kesenian. Melainkan juga filosofi, ekspresi kebersamaan, dan ungkapan kegembiraan.
Di dalam menarikan, apalagi menyanyikan ta' lande sungguh dituntut kreativitas dan juga intelektualitas. Mencari dan menemukan kata-kata yang indah, logika yang urut, dan juga makna yang terdapat di dalam syair-syair ta' lande, sungguh tidak mudah. Terlebih lagi, jila kita bergabung di dalam barisan tarian itu. Lalu bisa menyesuaikan gerak kita dengan syair dan lagu.
Itu "sesuatu" banget.
Tak peduli Anda orang Lundayeh, atau bukan. Dengan mengenal kekayaan, sekaligus kerarifan seni budaya bangsa, itu sudah cukup. Bukankah ada ungkapan, "Gnothi seauton!" (kenalilah diri sendiri!)
Barangkali jarang ada kesempatan menari ta' lande. Namun, dengan mengenal dan memahami filosofi tarian itu, kita telah mengenal khasanah kekayaan. Sekaligus adat budaya bangsa.